Selasa malam kemarin, sekitar pk.21.40 film Tiga Cinta Dua Dunia Satu Hati yang tayang di bioskop beberapa tahun yang lalu dan aku belum menontonnya ditayangkan di sebuah stasiun tv. Aku nonton sambil lalu saja di sela2 tanganku sibuk menyetrika seragam baru yang lipatannya belum jadi, so musti ekstra menggosok di bagian lipatan dengan sebelumnya dibasahi sedikit air coz ga punya obat plisket (tips dari mbak Nuk yang dulu bantuin nytrika di rumah dan hasil setrikaannya selalu licin dan rapi). Si Etil yang juga lagi di kamarku sibuk online pake laptopku coz laptopnya lagi di-opname. Dia juga ga terlalu mengikuti jalan cerita tapi sepertinya rada2 ndengerin aku yang sedikit membahas film ini.
Setelah Etil cape online, dia segera kembali ke kamarnya pamit tidur dan aku juga segera menyudahi menyetrika. Saatnya bobok. Tapi aku tidak juga segera beranjak tidur, mataku masih terpaku di layar tv. Lama2 menarik juga. Film sudah mencapai klimaks. Tentang kisah cinta yang berlatar perbedaan agama, culture dan tingkat ekonomi. Tak bisa dipungkiri cerita seperti ini memang ada dan benar2 terjadi. Apalagi di Indonesia yang mayoritas penduduknya masih belum bisa menerima perbedaan.
Cerita berakhir dengan keputusan yang diambil bersama antara Rosid dan Delia. Mereka memilih mengakhiri hubungan daripada hanya akan menyakiti banyak orang yang mereka kasihi.
‘Kalau memang jodoh ga akan ke mana. Kita lihat saja nanti.’
Huehuehue..... ending yang biarpun menyedihkan tapi kurasa cukup bijaksana. Cinta yang tidak egois.
Ketika film berakhir, hampir pukul 1 pagi, aku segera ke luar kamar. Kudengar suara Etil dari kamarnya,’Buntil, ini kisah nyata ya?’
‘Hohoho.... Etil kamu nonton juga?’
‘Habisnya bagus,’ seru Etil.
Kata Etil, di akhir cerita muncul tulisan kalau pada akhirnya Delia dan Rosid masing2 menikah dengan orang lain dengan latar belakang agama dan budaya yang sama. Begitupun Nabila yang tadinya dijodohkan dengan Rosid.
Dan percakapan kita berakhir dengan,’Lihat saja nanti.....’
Yayaya..... Ngapain mikir berat2 apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Bikin cape ati. ‘Lihat saja nanti.’ Semua sudah ada yang mengatur. Kita tinggal menjalani. Dan ingat harus ikhlas.
Perbedaan.
Aku kadang merasa sedih kenapa perbedaan musti dipermasalahkan. Bukankah di hadapan Tuhan kita semua adalah sama. Kenapa manusia selalu saja menjadikan perbedaan itu sebagai jurang pemisah yang ga bisa dijembatani.
Sampai sekarang aku selalu salut dengan pasangan2 suami-istri berbeda agama yang berhasil hidup berdampingan dengan harmonis dan penuh toleransi. Sungguh menyenangkan.
Sedang aku, apa aku bisa dan berani berjuang jika dihadapkan pada situasi seperti ini. Menikah bukan hanya menyatukan dua hati tapi juga keluarga, sahabat2 dan lingkungan kita.
Aku dulu juga pernah dihadapkan pada dilema seperti ini. Dua kali malah. Hehehehe....
Perbedaan itu buatku ga masalah. Aku dulu menyukainya juga bukan melihat latar belakangnya apa, tahu2 saja sudah menyukainya.
Tapi aku ga pernah punya cukup keberanian untuk memperjuangkan meskipun sebenarnya bisa aja aku nekad jika dia pun berani berjuang. Sahabat baikku beberapa kali mengatakan kalau dia tidak rela seandainya aku jadi dengan dia. Ya, dia takut, selalu saja megingatkanku tentang kekhawatirannya.
Ibuku, ketika kutanya, tampak enggan menjawab. Tapi dari raut mukanya terlihat tidak suka dengan pertanyaanku.
‘Ya, kalau memang jodohmu mau gimana. Ibu juga ga bisa apa2. Tapi Ibu bakal sedih banget.’
‘Dan apa Ibu masih mau menerimaku?’
‘Ga tahu,’ jawab Ibu tanpa semangat.
Dan Tuhan pun tidak pernah kasih jalan hingga aku memang tidak pernah bisa sama2 dia. Akhirnya lama2 aku bisa mengerti. Memang ini yang terbaik untuk semua.
Ya, rasanya terlalu berat jika harus mengorbankan banyak orang yang kita kasihi. Cinta itu buta. Kadang cinta membuat kita tidak bisa berpikir panjang. Tapi cinta juga tidak boleh egois. Apa kita akan bisa hidup bahagia jika orang2 yang kita kasihi terluka.
Dalam hal ini harus dipikirkan secara bijak. Cari solusi terbaik yang bisa diterima oleh orang2 yang kita kasihi.
Ya, aku berharap suatu saat nanti aku bisa menemukan seseorang yang baik yang bisa diterima oleh keluargaku, sahabat2ku dan bisa membaur dengan lingkunganku. Begitu juga aku berharap akan bisa menjadi bagian dari keluarganya, sahabat2nya dan lingkungannya.
Amin.
Dan akibat dari nonton film ini, si Etil yang ga biasa tidur lewat tengah malam, jadi ga bisa tidur mpe jam 3 pagi coz sudah lewat waktu tidurnya. Berakibat di kantor ngantuk dan pulang2 langsung tepar.
Yaaaa....... Kita lihat saja nanti.....
No comments:
Post a Comment