Kadang-kadang aku merasa benar kata temanku, 'Betapa nyamannya hidup tanpa punya fb'.
Saat sharing, kadang kami membicarakan salah satu teman yang memutuskan untuk tidak membuat akun fb biarpun sudah banyak yang membujuk, dia tetap bergeming ga mau join juga.
Adakalanya merasa iri juga dengannya. 'Tanpa fb barangkali kita bisa merasa lebih tenang dan damai', kata salah seorang sahabatku.
Yeaaah.... ga bisa dipungkiri, akses tanpa batas, jejaring sosial, membuat jarak yang jauh jadi terasa begitu dekat. Senang jadi punya banyak teman untuk sharing, berbagi ilmu dan pengalaman. Juga sarana ampuh untuk memamerkan bakat narsis kita. hohohoho.... really like this!!!!
Ajang yang sungguh menghibur dan sarana ampuh untuk tetap menjaga tali silaturahmi.
Sebagai konsekuensinya, kita harus siap dengan berkurangnya privacy kita.
Tapi tetap harus diingat, jejaring sosial ini diakses banyak orang, so kita tetap harus mengontrol mana yang boleh dan mana yang tidak boleh di-share.
Dan ga ada salahnya bukan jika sesekali kita perlu waktu untuk sendiri. Bukan bermaksud bersembunyi atau menutup diri dari dunia luar, tapi kadang2 kita juga perlu waktu untuk menata hati, untuk lebih focus di dunia nyata, untuk menjaga agar yang kita lakukan tetap undercontrolled.
Kita boleh saja memilih dengan siapa kita mau berteman jika dengan begitu kita merasa lebih nyaman daripada punya banyak teman tapi malah membuat kita merasa seperti diteror.
Ada hal2 yang begitu sulit kupahami. Kenapa bisa kutemui yang seperti ini. Aku merasa sungguh tidak nyaman dan merasa sangat terganggu.
Bukankan hak kita untuk memilih mau berteman dengan siapa jika itu memang baik untuk kita.
Seseorang yang sejak aku masih duduk di bangku sekolah dasar selalu saja membuatku pusing dengan tingkahnya yang suka mencari perhatian dengan cara2 yang sungguh menguji kesabaranku. Entah kenapa setelah sekian lama masih juga membuatku merasa tidak nyaman. Memang sejak dulu aku tidak pernah bersikap baik dan selalu menjaga jarak dengannya. Seandainya dia peka, dia pasti akan mengerti dan mundur. Bukannya aku tidak mau berteman. Seseorang yang selalu membuatku merasa takut dan tidak nyaman apakah bisa disebut sebagai seorang teman? Apakah itu teman yang baik? Bahkan orangtuaku pun selalu berpesan untuk jangan terlalu dekat dengannya.
Kupikir dengan berlalunya waktu bisa membuatnya lebih bijak, tidak lagi memaksakan kehendaknya pada orang lain. Bukankah perasaan itu tidak bisa dipaksa. Berkali-kali dijelaskan bahkan sengaja dicuekin juga ga bisa membuatnya mengerti malah semakin menjadi. Hohoho... benar2 makhluk ajaib.
'Would you marry me?'
Kata2 yang seharusnya membuatku senang tapi malah membuatku begitu jengkel.
Hohoho..... maaf tapi kupikir ini sudah sangat keterlaluan.
Kuputuskan sementara deactived dulu untuk membuatku lebih relax n as soon as I come back, forgive me, I will block ....
It's too hard for me lose many friends of mine...
******
Jujur sebenarnya aku merasa kasihan dengannya. Tolong jangan seperti ini terus.
Tutup lembaran yang telah lalu dan bukalah lembaran baru.
Jika kamu terus hidup dengan masa lalumu, kamu tidak akan pernah bisa bahagia.
Belajarlah ikhlas.
Kuharap suatu saat nanti kamu akan mengerti dan meraih kebahagiaanmu yang sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment