Wednesday, June 23, 2010

BUNEGH.COM

Kenapa harus kutemui yang seperti ini…
Kenapa harus kualami sekarang2 ini…
Di saat aku sudah merasa nyaman di sini…
Haruskah escape lagi????
Kenapa harus begitu sering kualami
Sesuatu yang kadang2 jauh di luar jangkauan pemikiranku
Aku ingin hidup tenang
Tapi selalu saja ada hal2 yang memusingkanku
Dan kepada siapakah aku bisa berbagi….
Yah……
Mungkin ini memang sebuah proses yang harus kulalui….
Tetap bertahan ataukah harus melangkah pergi???
Just wait n see……
I believe everything will be better n better….
God give me a better way.

Saturday, June 19, 2010

SUATU PAGI DI ~D-A-G-O~ DAN GAZEBO

Saturday, June 6, 2010

Pagi2 rencana mw berangkat jam 6 pagi, tapi rencana tinggal rencana. Males banget beranjak setelah di malam minggu kita begadang mpe malam. Akhirnya pk.07.30 kita baru beranjak meninggalkan kost. Aku, Etil, Kuntil, dan Kingkong. Ya, kita berencana mau foto2 di tulisan D-A-G-O dan lanjut sarapan n hunting2 sesuatu yg murah meriah di Gazebo.

Akhirnya dimulailah aksi narsis kita. Ternyata banyak yg ngantree di tiap huruf. Dan olala… panas begitu menyengat. Kita kesiangan.
Akhirnya kesampaian kita foto2 di D-A-G-O.
Usai foto, kita lanjutkan ke Gazebo. Laper….. kita mau cari sarapan dulu.

Sebelumnya, kita take foto dulu di jalan beraspal di depan BCA Dago. Kebetulan hari itu sepanjang jalan Dago ditutup untuk umum coz untuk acara jalan sehat dan sepeda sehat. Ya, tiap hari minggu pagi mulai pk.06.00 – pk.11.00, Jl. Dago sekarang2 ini menjadi kawasan bebas kendaraan, hanya sepeda dan pejalan kaki saja yang boleh melalui jalan itu. Program pemerintah yang mendukung bikers community sekaligus mengurangi polusi.
Ke depannya, direncanakan akan dibuatkan track khusus buat bikers, untuk sementara hanya di sepanjang Jl. Dago, Jl. Diponegoro dan sekitar Balai Kota. Rencana ini akan mulai direalisasikan bulan Agustus tahun ini. Tapi mengingat cuaca yang lagi tidak menentu, hujan yang berkepanjangan ini, tidak tahu apakah rencana ini akan terealisasi tepat waktu. Semoga….. Hehe, nti kapan2 pengin bike to work…. Kapan? Klo dah punya sepeda. Kapan ya????

Waktu berfoto, ada hal yg benar2 membuat kami takjub sekaligus terkaget-kaget. Tanpa pernah kami duga, dengan begitu tiba2, ada rombongan makhluk aneh yang ikut berfoto dengan kami. Ternyata ada yang jauh2 lebih narsis dari kami. Alhasil kami jadi bahan tontonan orang2 yang kebetulan ada di sana. Ya, semua tertawa melihat tingkah makhluk2 aneh itu. Tapi jadi sebuah pengalaman yang seru.
Ternyata mereka adalah bagian dari rombongan pendemo gerakan anti rokok. Ya, setelah foto session kita selesai, tiba2 saja kawasan di taman D-A-G-O sudah penuh dengan para pendemo yang sibuk berorasi.

Kawasan di Gazebo yang banyak orang jualan makanan yang kataku lumayan puguh, di sekitar Gedung Sate. Jadilah kita hunting makanan di situ. Saking penginnya pecel madiun akhirnya kita mampir di tenda yang jual pecel madiun. Pesanan kita nasi bakar + ayam goreng, nasi pecel dan nasi rawon. Coz aku saking bingung milih antara nasi pecel madiun atau nasi rawon, akhirnya aku pesan nasi pecel dan rawon tanpa nasi. Yayayaya….. lumayan. Tapi rawonnya ga seenak di Cawit. Rawon di Cawit membuatku ygt tadinya ga suka rawonj jadi doyan banged…..

Tak lupa aku ma Etil memesan raspberry mixed strawberry juice, jus favorit kita, sedang Kuntil pesan raspberry juice aja.
Yaya, hari itu rasa kangen si Kuntil dengan Gazebo yang so crowded terobati sudah.

BERSAMA MENYUSURI JALAN BRAGA

Saturday, June 6, 2010

Sabtu malam 30 Mei 2010, setelah foto studio di Jonas yang kita merasa kurang puas coz cuma 5x take doank, kita lanjutkan dengan photo session di Braga.
Sebelumnya kita makan malam dulu coz memang sudah pada kelaperan dan ‘Bebek Garang’ menjadi pilihan kita.

Bebek favoritku tambah satu lagi, ‘Bebek Garang’ setelah sebelumnya aku begitu suka bebek di depan RS Borromeus dan Bebek Van Java. Ada 3 pilihan menu yang aku pengin coba, dan akhirnya 2 di antaranya aku sudah coba coz saling icip sana sini. Bebek 70 dan Bebek debus. Sedang bebek grinpis yang dimasak cabe ijo yang sepertinya yummy, malam itu sudah habis. Ya sudah for next time aja.

Ada juga aneka pancake and aneka snack lain buat selingan yang sebenarnya kita pengin coba tapi keadaan perut sudah tidak memungkinkan untuk itu.

Sungguh makan malam bersama yang menyenangkan bersama arek2 LT52. What a nice dinner?

Setelah makan, dimulailah photo session kita di sepanjang jalan Braga yang berlanjut di sekitar Jl. Asia-Afrika. Dan tumben pada ga ngeluh ketika kuajak jalan kaki dari Jl. Braga menuju Jl. Asia-Afrika dan Alun2 Bandung.
Photo session kita baru berakhir setelah baterai kameraku n Etil sudah habis. Yayaya, sudah hampir tengah malam, sudah waktunya pulang, besok kembali betraktivitas.

BANDUNG LAUTAN API IN BLUE

Saturday, June 6, 2010



Sarapan favorit kita di hari libur selain hari Minggu ya di Tegalega. Begitu banyak menu yang bisa kita pilih. Dan pagi itu, aku, Dim2, Kuntil n Kingkong, kita melahap gehu pedas, bubur ayam tirem, mie kocok n batagor Queen favoritku. Nyam nyam nyam….


bubur ayam 'tirem'


mie kocok asli Bandung


Batagor Queen, my favorite

Usai makan tak lupa kita samperin pedagang leci dan ½ kg buah leci nyangkut di tangan kita.


Leci....leci....

Dan tak pernah ketinggalan, berlanjut dengan bernarsis ria di Monumen Bandung Lautan Api yang saat itu sudah mulai sepi coz senam bersama para calon haji sudah kelar.

Dan inilah foto2 narsis kita……..









PADANG PASIR PARANGKUSUMO DAN PANTAI DEPOK

Saturday, June 6, 2010




Hari Sabtu, minggu pertama di bulan April, tadinya aku pengin banget ke Candi Ijo atau Candi Boko n Pantai Sadranan atau Pantai Kuwaru. Dhex sepertinya kurang setuju dengan wisata ke candi coz panas katanya. Candi Ijo, Pt. Sadranan n Pt. Kuwaru itu boleh dibilang obyek wisata yg belum terlalu familier jadi Dhex n Pai belum tau lokasinya ada di mana. Akhirnya dipilih yang pasti2 aja, Padang Pasir Parang Kusumo dan Pt. Depok.

Padang Pasir Parangkusumo ini merupakan tempat manasik haji dan beberapa kali, artis shooting video klip di sini, diantaranya Agnes Monica.


Lokasi manasik haji

Hehe, ga nyangka juga kan, Yogya punya padang pasir. Waktu kita mpe sana untunglah matahari tidak terlalu terik, jadi lumayanlah ‘cheerleaders’ photo session kita di sana. Hohoho….. seneng banged pada nurut disuruh jadi cheerleaders jadi2an dengan bunga rumput jadi property utama kita.








Cheerleaders pantai beraksi....

Waktu itu ada juga yang lagi latihan parasailing. Ternyata susah juga ya. Mpe kita beranjak pergi dari sana, belum berhasil2 juga parasailing orang itu mengudara dengan bebasnya….hehehehe


Berlatih parasailing

Kita berlanjut ke Pantai Depok yang ga jauh dari situ. Tadinya pengin ke pemandian air panas Parangkusumo, tapi dipikir ngapain juga cuaca lagi panas2nya pake acara berendam air panas segala. Bisa melepuh ntar. Satu keanehan lagi, di kawasan pantai, ada sumber air panas. Mata airnya dari mana coba? Hehe

Pantai Depok merupakan Pusat pelelangan ikan di Yogyakarta. Jadi klo mau borong ikan di Yogya, Pantai Depoklah tempatnya. Ada pasar yang khusus menjual ikan2 segar hasil tangkapan nelayan.

Udara begitu panas, mengundang kita untuk mencicip es kelapa muda. Ga tanggung2, seorang 1 kelapa muda utuh. Habis juga….
Angin lagi lumayan kenceng. Akhirnya terkabullah impianku untuk main layang2, nostalgia masa kecil. Layang2 burung warna kuning punyaku cuma sebentar saja bisa mengudara coz angin keburu raib ga mau diajak berkompromi.



Layang2ku.... terbanglah tinggi di udara....

Selagi Pai sibuk melanjutkan main layang2, ada kulihat perahu nelayan yang baru merapat. Dikerubungi banyak pengunjung pantai. Ya, hasil tangkapan yg bener2 fresh. Langsung dari nelayan lagi, harga ikan jatuhnya lebih murah.
Ada lobster yang ukurannya lumayan gedhe, belut laut yang kataku kayak ular, ikan tongkol dan ikan hiu. Hiuuuuu…..huhu. Hiu kecil, tapi cukup besar jika disandingkan dengan ikan hasil tangkapan yg lain. Daging ikan hiu katanya enak, dagingnya lembut coz tanpa duri. Dijual murah Rp.40.000,- kalo minta dimasakin nambah 6 ribu. Harga segitu termasuk murah coz sirip ikan hiu harganya sangat mahal. Sirip hiu dijual per kilo berkisar Rp200.000 – Rp.300.000,-. Biasanya dibikin sup sirip ikan hiu untuk kesehatan.



Ikan Hiu...........


Gigi ikan hiu.... runcing-runcing




Ikan Pari tampak muka dan belakang


Tula ikan pari, beracun

Dan yang sangat menyita perhatian kita dan orang2 yang ada di sana, ikan pari. Ikan pari yang gedhe, berat 12 kg. Aku ga sanggup megang sendiri, akhirnya dibantuin bapaknya yang ternyata sama2 narsis kek ikannya, hehe. Dan ikan pari ini sungguh beruntung, jadi pusat perhatian dan beberapa kali difoto coz kita secara bergantian memegangnya untuk berfoto bersama, termasuk dompet pai yang konon terbuat dari kulit ikan pari, ikut pula menjadi sasaran jepretan kamera.

Tula (ekor) ikan pari yang konon beracun yang sangat mematikan, saat itu sudah dipisahkan dari badannya demi keamanan. Tulanya dibungkus dengan kain. Waktu kutanya nti tula itu bakal diapakan, katanya bakal dijemur, dikeringkan untuk disimpan sebagai kenang2an. Hihi…..

Huehuehue….. Matahari begitu terik. Keringat membanjir dan tanpa tedeng aling2, kulit kita guosong.
Ga tahan coz saking panasnya, kita memutuskan untuk pulang. Sebelumnya mampir dulu ke Candi Ganjuran untuk berziarah n cari lanting pedas buat oleh2.
Pulang ga boleh malam2. Malamnya kita masih harus mengikuti perayaan Paskah. Yayaya……. Let’s go home….

WISATA BUDAYA KE KRATON YOGYAKARTA

Saturday, June 6, 2010




Bangsal utama keraton


Benteng keraton

Terakhir ke Kraton Yogya dulu waktu aku masih SD kls 1 atau 2 klo ga masih TK. Udah lupa banget dalamnya kaya apa. Selama ini cuma suka nongkrong di depan nya, di Alkid alias Alun2 Kidul. Mata ditutup mencoba melewati 2 pohon beringin, sewa becak mini, makan sekoteng, main ketapel api, naik aneka permainan pasar malam pas sekatenan. Huuuu seruuu…

Akhirnya di hari pertama liburan Paskahku di Yogya, Kamis 1 April 2010, aku membujuk Evi, ponakanku, buat menemaniku ke kraton. Yayaya, bukan hari libur, yang lain pada sibuk kuliah n kerja. Untung Evi lg libur kuliah n kebeneran lg pas maen ke rumah.

Hari itu Jogja lagi puanas banget. Di rumah lagi ga masak n aku lg puasa, kasihan Evi belum sarapan. Sudah pk.10.00 lebih. Akhirnya mengajak Evi sarapan sekaligus makan siang di Soto Pak Temen di Jl. Wates di dekat Ringroad Utara. Ini salah satu soto favoritku. Murah meriah, tapi rasanya mantaph. Banyak yg pada ga tahu soto ini, biasanya yang pada beli sopir2 truk. Aku dikenalkan soto ini oleh ayahku, waktu 1x beli langsung habis 2 mangkuk sendiri. Uenaaaak….. Sarennya aku suka banget, suka ngebungkus dibawa pulang.
Pesan 1 mangkuk soto n 1 gelas es jeruk buat Evi. Huehuehue….kabitha. Tapi aku harus bertahan. Tinggal 1 hari lg puasaku genap 1 bulan penuh. Sayang kan klo mpe batal. Harus kuat. Dan akhirnya aku menghibur diri dengan ngebungjkus saren buat buka ntar sore. Yayaya…

Pk.11 lebih banyak kita baru mpe Kompleks kraton di Alun2 selatan. Dengan membayar ticket Rp6.000,- per orang plus Rp.1000,- buat kamera, akhirnya kita jalan2 muter keraton yang hari itu bujubune panasnya. Muterin bangsal utama yang biasa dipakai untuk prosesi2. Bangsal utama ini diapit oleh 2 ruang kaca yang menampilkan prajurit2, abdi dalem, pembesar2, raja beserta permaisuri dan putra-putrinya lengkap dengan pakaian kebesaran saat upacara. Di bagian belakang ada 2 ruangan yang memajang lukisan2 kereta dan lukisan raja2 dari Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai dengan yang sekarang Sri Sultan Hamengku Buwono X.






Seperangkat gamelan

Sebelum keluar kita mampir dulu ke semacam koperasi yang menjual aneka souvenir yang berada di dekat pintu masuk. Suka ama koleksi wayangnya, pengin beli, tapi mahal uy…. Ga jadi deh…


Koperasi ini menjual aneka souvenir

Saat keluar, ada bapak tukang becak yang menghampiri kita, berkostum kaos biru berlogokan lambang istana. Kaos bernomor 6 yang belakangan aku tahu namanya Pak Wardiman. ‘Neng, mau dianterin ke Taman air, Dalem ingkang sinuwun dan Museum Kereta? Cuma 5 ribu saja?’ Yayaya, bapak ini becak khusus keraton yang memang sudah dilatih khusus sebagai guide. Ga mau pusing2 nyari jalan n jalan kaki kepanasan, akhirnya kita minta antar P. Wardiman, naik becaknya. Mengejar waktu coz Dalem ingkang sinuwun alias rumah yang ditempati Sri Sultan beserta keluarga sehari-hari cuma buka mpe pk.14.00, akhirnya kita memutuskan ke sana dulu.



Pak Wardiman


Naik becak

Dengan membayar Rp.20.000,- per orang akhirnya kita memasuki tempat tinggal raja dan keluarga. Lumayan mahal karcis masuknya, tapi coz rasa ingin tahu yang besar n kapan lagi kita bisa ke sana, akhirnya kita putuskan untuk masuk. Sebenarnya rada deg2an juga. Apa benar boleh masuk? Nti klo dimarahi gimana? Aduh, klo beneran ketemu Sri Sultan n Kanjeng ratu Hemas gimana? Tapi Pak Wardiman yang terus mendampingi kita terus mendorong kita untuk masuk. ‘Gapapa, sekarang orang luar boleh masuk kok. Klo dulu memang ga boleh, tapi sejak Sri Sultan HB X, diperbolehkan. Bahkan klo mau berfoto bersama juga boleh.’


bermain dakon


Ruang depan yang merangkap sebagai kafe

Di area depan, ada ibu2 yang sedang membatik, batik tulis. Aku n Evi secara bergantian mengganggu si Ibu ini, ikut2an membatik. Memegang canthing, memasukkan canthing ke malam yang masih panas dan mengoleskannya ke kain yang sudah berpola. Hehehe…




Membatik

Memasuki ruang tamu, di sana ada permainan dakon, dulu biasanya dimainkan oleh putri2 raja, sekarang sudah tidak lagi. Ada juga sebuah lemari pakaian yang berisi pakaian2 keluarga raja, katanya nanti klo sudah tidak dipakai lagi, semuanya akan dilabuh ke Laut Selatan saat upacara labuhan.

Kita juga masuk ke peraduan Sultan HB IX. Katanya barangsiapa yang duduk di peraduannya, berdoa make a wish, minta doa restu, akan terkabul permohonannya. Yayaya, biarpun rada2 deg2an aku n Evi duduk di peraduan Sultan, berdoa make a wish. Sultan minta doa restu.
Keluar dari kamar Sultan, kita memasuki ruang makan. Adik Sultan beserta keluarga sedang makan siang, mereka tampak sedang mengobrol. Katanya Sultan HB IX dan Ratu Hemas baru aja selesai dhahar, jadi kita tidak ketemu. Hehe…. Lega…. Klo ketemu bingung ga tahu musti gimana.

Di dekat ruang makan ada seperangkat gamelan Jawa, katanya biasanya dimainkan saat Sultan sedang makan siang, mengiringi Sultan kembul dhahar. Waktu itu, di ruang makan utama, sebuah meja makan yang besar, ditata jamuan lengkap semacam buffet, sepertinya bakal ada tamu penting.


Ruang makan utama


Buffet menu

Kita ga mampir ke Taman air atau Taman Sari coz sudah pernah ke sana. Hari sudah semakin sore, takut ga keburu ke Museum kereta yang tutup pk.15.00. Ma P. Wardiman kita diajak mampir dulu ke galeri lukisan pelukis kereta kencana, ngobrol bentar ma bapaknya lanjut keliling2 lagi. Mampir ke Pusat Dagadu tapi ga beli, dah kebanyakan kaos, lagian dah ga punya duit. Lanjut ke Koperasi kraton ‘Luwes Putera’ dan di sini aku ga bisa menahan diri untuk tidak membeli gaun batik. Xixi bagus, takut nti menyesal, kepikiran terus klo ga jadi beli. Suruh nyari tempat itu lagi aku sangsi bakal ketemu. Yah, maklum aku termasuk susah ngapalin jalan.


Galeri Lukisan



Koperasi batik keraton 'Luwes Putera'

Tujuan terakhir kita ke museum kereta. Membayar Rp.4.000,- per orang, aku n Evi muter2 tanpa guide. Yayaya, kadang2 aja nyolong2 dengar ke Bapak guide yang ngasih penjelasan ke turis2 yang lain. Lumayan jalan2 wisata budaya kali ini. Pak Wardiman begitu baik, begitu tulus dan sabar menemani kita n motretin kita. Begitulah tukang becak keraton, akhirnya karena kebaikan dan ketulusan mereka, mereka memperoleh banyak tips dari turis2 yang mereka antarkan. Mana tega cuma membayar Rp.5.000,- Makasih Pak, hari ini sudah mau kita repotin.

Museum kareta


Kereta jenazah





Beberapa koleksi kereta

Usai dari keraton, aku ke Malioboro Mall, di sana Nick menungguku, dia baru pulang dari kuliah n aku pulang mau nebenk dia. Dan dia menyesal kenapa tadi tidak ikut, ya, dia belum pernah masuk ke kediaman Sri Sultan. Pengin masuk ke sana. Kapan2 ke sana lagi ya Nick. hehe

Monday, June 14, 2010

NOSTALGIA ZAMAN SERBA MANUAL

Thursday, May 20, 2010

Beberapa waktu yang lalu, aku n beberapa teman kostku pada iseng2 kurang kerjaan mengenang zaman serba susah. Susah? Ga juga coz dulu ngejalaninnya juga biasa2 aja. Cuma klo mengingat sekarang zaman sudah serba digital, serba praktis, teknologi sudah menguasai semua aspek, sepertinya bakal perlu penyesuaian yang lumayan panjang jika diharuskan kembali ke masa itu.

Seterika arang.
Dulu jika mau menyetrika harus memanaskan arang dulu. Membakar plus mengipasi arang kek membakar sate. Setrikanya gedhe n berat. Ga kebayang klo kejatuhan bakal kaya apa rasanya. Ga otomatis pula, so klo nytrika harus cepet2, takut arang keburu mati n klo kelamaan digosokkan ke baju, bisa2 baju gosong. Menyetrika sungguh melelahkan……
Aku sendiri tidak ingat apakah dulu pernah meyetrika pakai arang juga coz waktu itu aku masih kecil. Tapi aku masih ingat bagaimana bentuk setrika n cara pemakaiannya. Dulu suka lihat kalau ayah atau ibu lagi menggunakannya. Setrika dari besi baja dengan banyak lubang bulat2 sebesar kelereng di sisi tepinya.

Lampu senthir n petromaks.
Dulu sempat mengalami masa belum ada listrik. Tiap malem mau ga mau nyalain lampu minyak yang di Yogya disebut lampu senthir. Klo pas lagi apes, nyala apinya kegedhean, bikin porong. Muka n tembok yang terkena kepulan asapnya bisa item2 kena jelaga.
Lampu ini juga menghasilkan bayangan di tembok yang amat besar. Dulu waktu kecil aku takut dengan bayanganku sendiri. Ada makhluk besar bergerak-gerak sendiri di tembok. Coz ketakutan, akhirnya lampu suka kutiup. Jadinya ngerjain orangtuaku. Tiap dinyalain kutiup lagi dan lagi.
Klo lampu petromaks, di rumahku ga pernah memakainya. Tetanggaku yang suka menggunakannya. Senang tiap kali tetanggaku tiap sore menyalakannya. Bersama beberapa temanku suka dengan sengaja mengamati dia menyalakan lampunya. Pertama mengisi spiritus sebagai bahan bakar, warnanya biru tua keunguan, memasang kaos jaring, kemudian memompanya. Aku paling suka waktu memompa. Hehehe seruuuu….

Televisi hitam putih bertenaga accu.
Masih ada kaitannya dengan belum adanya listrik, dulu biar ga ketinggalan informasi, nyalain televisi dengan tenaga accu. Coz banyak yang pada belum punya tivi, akhirnya nonton tivi jadi acara nonton tivi rame2 dengan tetangga2. Tivi hitam putih. Satu2nya siaran waktu itu TVRI. Siaran cuma di malam hari. Nonton rame2 menggelar tikar dengan ditemani nyamikan alias snack seadanya. Klo ga singkong rebus, garut rebus, jagung rebus ya kacang rebus. Kadang2 juga balok alias singkong goreng. Seruuuuu…. Jadi lebih dekat dengan tetangga2.

Layar Tancap.
Ini acara nonton film rame2 di lapangan. Nonton ngampar di tanah lapang, biasanya dari rumah udah pada persiapan bawa koran atau tikar kecil buat alas duduk. Berangkat ke lapangan berjalan kaki rame2. Dulu biasanya film main pukul 7 malam. Kebanyakan cowok dilengkapi dengan atribut sarung dan kethu (tutup kepala dari kain), yang cewek membawa kain jarik buat selimutan biar ga dingin. Dan aku selalu minjem kain jarik nenekku. Hehe.
Biasanya film yang diputar berkisar antara film2 program penyuluhan program pemerintah di bidang kesehatan atau pertanian. Kadang2 juga film laga. Aku ingat waktu itu favoritku Saur Sepuh dengan tokoh Brama Kumbara, Mantili, Lasmini, Raden Bentar, Dewi Harnum; dan Tutur Tinular dengan tokoh Arya Kamandanu, Arya Dwi Pangga.
Huuuuuuuwwww……… kangen masa2 itu. Pengin nonton film layar tancap lagi. Berasa seru dengan suara khas pemutar filmnya yang berisik banget.

Sepeda onta, sepeda torpedo, sepeda jengki.
Sepeda onta dan sepeda jengki biarpun sekarang ini masih ada, tapi amat jarang ditemui. Sepeda onta masih banyak kita jumpai di area Kota Tua, kita bisa sewa Rp15.000,- per sepeda.
Sepeda onta dulu banyakan dipakai orang dewasa coz terlalu tinggi buat anak kecil. Ada sepeda onta buat cewek dan ada juga buat cowok. Yang buat cowok ada ‘planthangan’, semacam besi penghubung antara sadel dan setang. Klo sepeda jengki itu sepeda buatan Cina. Dulu aku pernah memakainya waktu SMP. Dan ternyata sampai sekarang sepeda itu masih ada. Lengkap dengan gantungan kunci yang sama yang kupakai waktu SMP. Yaya, ibuku masih merawatnya.
Klo sepeda torpedo tu sepeda tanpa rem tangan. Mengerem menggunakan pedal dengan cara mengayuh ke belakang. Klo belum mahir benar harus benar2 berhati-hati menggunakannya, apalagi jika melewati jalan yang turunnya curam, berbahaya…….
Aku dulu pernah merasakan beberapa kali jatuh n kaki lecet2 waktu menggunakan sepeda ini.

Memasak pakai kayu bakar.
Sekarang rata2 orang memasak menggunakan kompor gas atau kompor minyak. Aku sempat mengalami memasak memakai kayu bakar, bahkan mpe sekarang nenekku masih memasak memakai kayu bakar. Sudah terbiasa memakai kayu bakar, nenekku ga mau memakai kompor.
Untuk menyalakan api, dulu harus ditiup memakai ‘semprong’. Terbuat dari batang bambu yang dilubangi.
Kadang2 aku dulu suka diminta nenek menunggui masakannya, menjaga api agar tetap menyala. Dan alhasil harus sering meniup api pake semprong dan ’nyugokke kayu’ atau memasukkan kayu ke api, jangan sampai kehabisan kayu, nanti api bisa mati.
Jika sudah begitu, muka pasti merah, keringatan coz kepanasan belum mata kelilipan abu. Huehue…..
Susah juga ya masak pakai kayu bakar. Belum nantinya musti ekstra hati2 jangan mpe kena jelaga. Bisa hitam semua baju n muka.

Permen Davos kecil2 & Permen telur cicak.
Jajanan zaman dulu yang aku ingat banget tu permen Davos kecil2 dan permen telur cicak. Dengan uang Rp.25,- dah dapat 5 buah, satunya dijual Rp.5,-. Permen Davos ini berbungkus kertas warna-warni, ada yang merah, kuning, hijau, biru, ungu, kek warna pelangi ya. Rasanya tidak sepedas permen Davos besar yang bungkusnya cuma satu warna, ungu. Permen Davos besar ini favorit kakek-nenekku. Sekarang ini keknya permen Davos besar masih ada, tapi jarang yang jualnya. Aku pernah lihat temanku membawanya, berarti memang masih eksis. Kalau permen telur cicak, satu bungkus isinya bisa mpe 15 butir, kecil2 warna-warni. Dijual dulu 1 plastik kecil juga Rp.5,-. Jajan bawa uang recehan Rp.100,- dah dapat permen 20. Murah bangeeeet….

Tentang produk2 kebutuhan sehari-hari, yang dari obrolanku dengan anak2 kost ternyata isinya sama, waktu itu shampo yang beredar di pasaran hanya shampoo Sunsilk dan Kao feather bubuk, odol - Pepsodent, sabun mandi - Giv, sabun cuci - sabun cuci batangan warna biru dan sabun colek. Waktu itu produk belum beragam seperti sekarang. Permen ber-merk waktu itu cuma Sugus, sedangkan coklat - coklat merah bergambar ayam jago. Untuk snack waktu itu Chiky, snack berbentuk bola2 warna kuning.

Surat dan Wesel via pos.
Dulu sempat mengalami masa belum ada sambungan telepon. Komunikasi via surat dan mengirim uang via wesel. Dulu paling banyak mengeluarkan uang untuk beli perangko menjelang hari raya. Mengirim kartu ucapan ke segenap handai taulan. Huehuehue sekarang dah jarang banget terima surat via pos apalagi wesel, bertahun-tahun belakangan ini budaya mengirim wesel semakin langka.

Tipex manual.
Hihihihi…. Klo mengingatnya sungguh tidak praktis. Jadi ingat, dulu pertama kali menggunakannya waktu kelas IV SD. Tipex terdiri atas 2 botol. Botol pertama berisi cairan putih ‘Stippo’ dan botol kedua berisi cairan pengencer. Untuk menipex, dioleskan dengan kuas. Lumayan menyita waktu untuk menipex sebuah kesalahan penulisan. Belum lagi waktu itu ‘Stippo’ hobi jalan2. Berkeliling dari meja yang satu ke meja yang lain mpe seantero kelas.

Xixixixi……kalau mengingat-ingat itu semua seru juga.
Kita ngobrol mpe keketawaan sampai malam.
Yah…. sebuah proses untuk menjadi lebih baik.
Senang sempat mengalami masa2 itu.
Merupakan sebuah pengalaman dan pelajaran berharga. Yayaya…..

Tuesday, June 8, 2010

MENGEPEL……………

Mengepel adalah pekerjaan rumah tangga yang paling tidak kusuka coz benar2 melelahkan. Musti di-pel berulang-ulang, berkali-kali ganti air biar benar2 bersih. Mana area yang harus dipel lumayan luas. Ya maklum, aku dibesarkan di kawasan pedesaan yang rata2 penduduknya tinggal di rumah yang lumayan besar dengan ruangan yang besar2. Tidak ada pembantu di rumah, membuat kami harus bekerja ekstra bersih2 rumah. Klo lagi bolong aja dulu aku baru mau ngepel lantai. Klo boleh memilih, aku lebih suka membantu ibu memasak di dapur lanjut cuci piring. Ini kebetulan pekerjaan yang adik2ku pada ga suka, mereka lebih suka menyapu. Jadilah dulu sering kita pada rebutan sapu coz menyapu ini pekerjaan yang paling ringan dan paling cepat selesai (dengan catatan tanpa membersihkan perabot2 n sarang laba2 di plafon).

Sekarang, tinggal di kost, membuatku harus mandiri. Harus mau melakukan semua pekerjaan toh itu juga demi kepentinganku sendiri. Menyapu, mengepel n bersih2 kamar. Mencuci baju, menyetrika, mencuci piring, sudah menjadi rutinitasku selama menjadi anak kost. Itu baru mencakup baju2ku sendiri, kamarku sendiri, rasanya sudah cape banget. Harus meluangkan waktu di antara kesibukanku. Makanya hari libur terkadang malah menjadi hari yang paling cape sedunia coz harus beberes rumah.

Sejak tahun kemarin, tepatnya setelah kita semua harus lebih mandiri coz sudah tidak ada lagi yang membantu membersihkan kost n kita merasa kost keadaannya sudah sangat menyedihkan, kaya sarang tikus. Akhirnya disusunlah tugas piket secara sepihak oleh Tiut. Ditempel di ruang tengah dan hukumnya ‘WAJIB’. Tugas piket meliputi mengepel semua lantai termasuk teras depan & teras belakang (kecuali kamar menjadi tanggung jawab masing2), menguras dan membersihkan kamar mandi depan & belakang, membersihkan dapur beserta pantry dan membuang sampah. Huehuehue….. benar2 kerja keras. Bisa seharian sendiri melaksanakan tugas kenegaraan ini.

Aku kebagian jadwal tugas piket hari Minggu coz aku br free hari Minggu. Partnerku Yatie. Hari Minggu sebenarnya juga bukan hari liburku, kadang2 malah suka ada acara seharian, makanya baru sekali aja bisa tugas piket bareng2 Yatie, selebihnya klo ga bisa dikerjain hari Minggu ambil hari lain atau klo ga, minggu ini jatahku, minggu depan jatah Yatie. Belum lagi mencuci n menyetrika baju2ku sendiri buat seminggu ke depan. Terkadang jam 12 malam baru bisa kelar semua. Huaduuu… kayak kerja rodi….

Lama2 coz terpaksa harus, ‘mengepel’ yang tadinya dengan berat hati kulakukan, jadi lebih terbiasa melakukannya. Dan aku nemu cara yang lebih praktis biar ga perlu sering2 ganti air. Bawa 2 ember. 1 ember berisi air yang sudah dicampur dengan 1 tutup botol obat pel dan 1 ember lagi berisi air bersih untuk membilas kain pel. Jadi tiap kain pel sudah mulai kotor, dibilas dulu dengan air bersih baru kemudian dicelup ke obat pel. Hehehe…. Jadi ga terlalu capek.
Sebenarnya tips ini yang biasa dilakukan ibuku. Ibuku termasuk kreatif coz apa2 sejak dulu harus dilakukannya sendiri di antara kegiatannya yang seabreg. Hebat ya ibuku………….

Lumayan juga. Belajar merawat dan mencintai rumah. Nti klo sudah menempati rumah sendiri biar sudah terbiasa menjaga rumah agar tetap bersih, sehat dan nyaman untuk dihuni. Bisa membereskan semua sendiri tanpa harus tergantung ma orang lain jika memang terpaksa tidak ada yang membantu.
Yayaya….. ‘room sweet room’ n then ‘home sweet home’………………..