Kemarin malam, aku n Etil melewatkan malam terakhir bersama dengan Kuntil n Kingkong di Bandung sebelum kepulangan mereka ke Jakarta setelah hampir 1 th kita tidak bersua dengan makan malam di “Warung Laos’ di Jl. Cihamplas.
Makan malam yang meriah dengan aneka menu yang kubilang over order. Aku yang lagi sakit perut sejak 1 hari kemarin cuma pesan nasi goreng ala Laos dan Hot lemon tea. Aku pesan paling akhir dan heran sendiri waktu makanan berdatangan. Pizza, kentang goreng, jamur goreng, spaghetti, dan nasi pesanan etil (aku lupa namanya) berikut fresh ice.
Dan terulang lagi seperti yang beberapa kali kita alami sebelumnya, makanan bersisa banyak dan kita sudah tidak sanggup lagi menghabiskan. Akhirnya dibungkus deh, dibawa pulang.
Kita pergi ke sana rame2 naik taxi dan pulangnya diputusin naik angkot saja toh 1x naik sudah nyampe, ga kaya waktu pergi klo naik angkot musti naik 2-3 kali, biar lebih irit hehe……
Turun dari angkot, Kuntil n Alex jalan duluan. Setelah nyebrang, aku lihat bapak gelandangan berselimutkan sarung, siap2 tidur di depan sebuah apotek. Sudah jam 11 malam. Bandung sedang dingin2nya. Bapak itu kemudian tidur dengan masuk ke karung beras (bagor) untuk melindungi tubuhnya dari dinginnya malam.
Melihatnya seperti itu, aku ingat klo masih punya sebungkus roti dan 1 aqua cup. Tadinya kita sudah jalan, terus kuminta ke Etil untuk balik lagi ngasih roti n aqua ke bapak itu. ‘Kasihan, siapa tau bisa buat ganjel perut.’
Dan sungguh di luar perkiraanku, Bapak itu sungguh antusias menerima roti dan aqua dariku, sambil menyembah-nyembah.
‘Makasih neng. Haturnuhun pisan!’
Jadi sedih melihatnya. Aku ingat masih ada 3 lembar uang ribuan di kantongku, kembalian naik angkot tadi. Segera kukasihin ke Bapak itu. Dan sekali lagi tu bapak menyembah-nyembah. Mukanya tulus banget.
Jadi sedih, jadi pengin nangis. Sebungkus roti kecil dan 3 lembar uang ribuan, ternyata sungguh berarti banget buat Bapak itu. Klo ingat 1 jam sebelumnya kita habis makan yang berlebih dan sisa banyak, jadi ngerasa miris.
Andai kita bawa nasi box buat bapak ini. Hiks…..
Dan berjanji ma Etil. Nanti klo suatu saat malam2 kita ketemu Bapak ini lagi, kita akan bawain nasi bungkus buat Bapak ini. Kata Etil, Bapak ini bukan pengemis, dia pemulung. Klo pas Etil dapat jadwal shift pagi, beberapa kali ketemu ma Bapak ini yang sedang memulung.
Ga tau kehidupan seperti apa yang selama ini dijalaninya, yang pasti sebuah perjuangan untuk tetap hidup yang berat. Pasti sudah begitu banyak yang dilaluinya. Sudah terlihat tua, tapi semangat juangnya demi tetap survive begitu tinggi.
Waktu akhirnya nyampe di kost, Kuntil menanyakan kenapa begitu lama kita baru nyampe. Setelah aku cerita, Kuntil menyesalkan kenapa tidak memanggil dia, dia ada membawa pizza dan kentang goreng, kan bisa dikasihin ke si Bapak. Ya, maaf, tidak tahu klo kamu berniat seperti itu.
Ga tahan, akhirnya ku sms adikku n beberapa temanku. Sms yang sama tentang pengalamanku malam itu. Tidak bermaksud apa2, cuma pengin berbagi cerita aja.
Dan kata Week, nti klo aku pulang, aku musti bawain jaket ayah yang dah ga kepake n kaos kaki buat bapak itu yang juga diiyain ma selly, kasihan, biar bisa menghangatkan badan.
Nick berpesan besok klo bapaknya masih di situ, dikasih makan ato selimut. Dan kata Week lagi, besok klo makan musti habis, ingat masih banyak mereka yang berkekurangan yang suka ga bisa makan. Jangan sampe kita membuang-buang makanan.
Sebenarnya, ada begitu banyak orang yang terpaksa harus menjalani kehidupan seperti Bapak ini. Sudah seharusnya kita bersyukur dengan semua yang kita jalani dan yang ada pada kita saat ini.
Yayaya…… hari ini belajar satu pengalaman hidup lagi, belajar untuk mensyukuri apapun yang kitai terima berapapun itu nilainya.
No comments:
Post a Comment