Wednesday, May 19, 2010

TIDUNG PARADISE ISLAND……………

Sunday, May 16, 2010

Baru sempet nulis euy…… Tapi untunglah ingatanku tentang ‘Tidung’ masih begitu apik. Yayaya……never ending story to tell about Tidung…… Tidung Tralala……………
Oh ya, istilah Tidung Tralala ini pertama kali dicetuskan oleh Pai, dari update statusnya di Fb. Hihi dasar tu anak ada2 aja. Jadilah Tidung Tralala jadi jingle andalan kita. Tidung… Tidung… Tidung Tralala………



Jumat sore, 16 April 2010, aku ma Etil berangkat dari Bandung ke Jakarta menyusul Week, Dhex, Nick n Ndra yang sejak siang dah mpe Jakarta. Dan mereka dengan tega menjelajahi ‘Kota Tua’ dan bersepeda ria di sana tanpa mengajakku serta. Hikz……
Kereta Parahyangan tiba di Jakarta amat sangat terlambat. Berangkat dari Bandung pk.17.30 dan baru mpe Jakarta pk21.30. Kasihan Pai yang dari pk.20.00 sudah menunggu di Sta. Gambir. Dia tampak begitu letih. Maafkan………
Semua pada menungguku di dekat loket peron. Duduk ngampar di lantai kaya di barak pengungsian. Waktu mau kufoto pada bangkit menghindar, ‘takut di-upload’…… Huehuehue…. Dasar……

Semua dah pada kelaperan, termasuk aku ma Etil yang sama sekali belum sempat makan malam baru diganjel donut doank. Tapi demi kasih ‘surprise’ to Nick on her B’day n her 5th anniversary with Ndra, akhirnya kita dengan semangat 45 melangkah ke Monas.
Berfoto narsis di halaman Monas. Pembagian tugas. Dhex, Ndra n Pai mengalihkan perhatian Nick, ngerjain Nick yang lg photo session, diulang dan diulang terus dengan alasan ‘belum pas’ take-nya. Week nyiapin B’day cake lengkap dengan lilin anti padam di belakangku n Etil.


Kongkalikong nyiapin surprise B'day to Nick

‘Happy Birthday Nick!!!!!’
Nick kaget banget dengan surprise ini.
Tiup… ayo tiup lagi…………xixixiixi
Hehehehe……… An unforgettable B’day memories in Monas for Nick.


Happy Birthday Nick!!!!! Happy Birthday my dear sister!!!!
Udah kemaleman banget, pk.23.00. Semua terlihat letih, tapi yg namanya laper ya tetep laper. Kita ke hotel dulu (Ibis-Tamarin) naroh barang n then jalan kaki cari makan. Menyusuri jalan, akhirnya sampailah kita di Foodcourt centre di Jl. Sabang. Tempatnya rame, jadi kita semua mikir, pasti enak.
Dan……… hehehehe…… Makanan tetep paling enak di Yogya n Bandung. Lebih enak, lebih murah pula.
Menunggu makanan datang lama pisan, pesan minum pun ma yang jual disambi ‘makan jagung rebus’ dulu. Huehuehue………
Aku jadi tahu, nasi serut di Jakarta = nasi mawut di Bandung = magelangan di Yogya. Tapi ya tetep enak magelangan…… xixixixixixi dasar lidah Jogja……

Amat sangat letih, mandi tengah malam n then tidur. Tidur 3 jam cukuplah, pk.05.00 dah harus siap menuju Muara Angke. Dan akhirnya setelah menunggu taxi agak lama, pk.05.55 kita melaju menuju Muara Angke. Jakarta masih sepi euy…… Menikmati Jakarta yang ga macet. Hehehehe……

Jadwal kapal dari Muara Angke ke P. tidung pk07.00. Dan untunglah pk.06.55 kita sudah sampai. Lengkap sudah rombongan kita. Aku, Etil, Week, Dhex, Pai, Nick, Ndra, Dhani, Ning, Dian & Rizal. 11 orang. Kita berdesak-desakan naik ke dack kapal. Kapal bermuatan penuh, harus rela umpek2an di atas.

Melaju meninggalkan Muara Angke yang bau anyirnya menusuk hidung, melintasi lautan lepas. Semua serba biru. Ga pernah bosan memandang ke laut lepas. Melewati kapal2 nelayan, kapal SPBU di tengah laut, pulau2 kecil yang tampak di kejauhan, dan Jakarta dengan gedung2 tingginya semakin lama semakin jauh dari pandangan. Rasanya benar2 liburan. Damai dan tenang. What a wonderful day!



Dan herannya, di tengah laut pun bisa sms-an, bisa fb-an. Sinyalnya full. Wow wow wow…… Dan perjalanan 3 jam, belum sarapan pula. Akhirnya ludeslah perbekalan makanan kita. Menyesal kenapa tidak bawa makanan yang banyak sekalian…… mana ada yang jualan makanan di tengah laut.

Akhirnya setelah 3 jam perjalanan yang bikin pantat lumayann tepoz, sampailah akita memasguki dermaga Tnidung. Dan pemandangan di depanku….. Ckckckckckck…………kuereeeen……… ga nyesel jauh2 mpee sini…….


Pemandangan pertama saat memasuki dermaga Tidung

Pak Wardi, koordinator kita di sana, sudah menunggu di dermaga. Dengan berjalan kaki beriringan, bersama rombongan2 lain, jalan kaki yg rasanya lumayan jauh coz banyak barang bawaan kita. Ada beberapa rombongan yang barang2nya diangkut dengan becak. Ya, satu2nya angkutan umum yang kulihat di sana cuma becak.
Setelah berjalan melewati lebih kurang 6 warung, banyak pohon jambu air, pohon mangga, pohon pisang, pohon srikaya yg lagi pada berbuah lebat (Hehe sempet khawatir klo ga ada warung coz stock minum kita terbatas, dan jd berpikir ‘woiii bisa rujakan’), akhirnya sampailah kita di sebuah rumah ber-cat hijau. Rumah ‘home-stay’ kita. Rumah dengan 2 kamar tidur, teras, 2 kamar mandi, R. tamu dan R. tengah. Lumayanlah…….
Ibu Homestay kita, Ibu Haji Ida, sangat baik dan ramah. Bahkan memperbolehkan kita ikut mandi di kamar mandinya di rumah belakang.

Sambil menunggu datangnya makan siang, kita bikin plans. Mau snorkeling setelah makan siang dan sorenya lihat sunset. Yayayayayaya…… malamnya nonton hujan meteor di tepi pantai kalau masih pada sanggup begadang.
Menu makan siang kita, lumayanlah. Makan ngampar di teras depan. Lauk ayam goreng, ikan asin, tempe, sayur asem, kerupuk dan sambal n tak lupa pisang ambon untuk buah.

Usai makan, kita preparing for snorkeling. Sebelum berangkat berfoto dulu bersama P. Wardi & bu Haji Ida. Coba nti bandingkan ya, tampak sebelum dan tampak sesudah snorkeling. Xixixixixi……


Berfoto bersama P. Wardi & I. Haji Ida

Dengan diantar P. Wardi, kita ke tempat penyewaan peralatan snorkeling. Masing2 pilih sesuai ukuran, harus pas, biar ga kedodoran n lepas2 waktu di air nanti. Kacamata, jacket pelampung, kaki katak dan alat bantu pernafasan.


Persiapan Snorkeling

Dengan diantar 2 orang awak kapal yang begitu baik n sekaligus jadi guide kita, mulailah pengalaman snorkeling pertama kita. Rencana awal, kita mau snorkeling ke P. Tidung, P. Karang Beras, P. Payung dan Pulau Air. Dan kalau keburu lanjut bermain-main di Pantai pasir putih di P. Tidung kecil.


Snorkeling.... Snorkeling....

Pertama-tama kita penyesuaian dulu di laut yang dangkal, setelah bisa menyesuaikan baru diajak ke laut yang dalam.
Huehuehue…. Akhirnya bisa lihat pemandangan bawah laut juga. Yah, memang ga sebagus di Bunaken atau di Papua, Ambon seperti yang sering kulihat di tivi2. Pemandangan bawah lautnya didominasi oleh batu karang, semua serba putih-coklat, bahkan biota lautnya pun serba coklat., bukan warna-warni hiaju-biru-merah-kuning seperti bayanganku sebelumnya. Sesekali terlihat ikan2 kecil loreng2 hitam-putih dan warna-warni biru, kuning, tapi cuma ada beberapa. Pai sempat lihat ikan pari, dan aku lihat belut laut. Si Etil sempat lihat bulu babi, bikin dia rada parno. Secara kan memang berbahaya.




Pemandangan bawah laut.... (all pics taken by Nining)


Dan buat yang ga bisa renang, jangan takut bakal tenggelam, coz banyakan diantara rombongan kita banyak yang ga bisa renang. Safe kok. Dengan memakai jacket pelampung dijamin tidak akan tenggelam. Snorkeling cuma bermodal mengambang aja n menundukkan kepala, mengarahkan pandangan ke bawah, jadilah terlihat pemandangan bawah laut yang terlihat begitu dekat dan nyata di depan kita. Dan Pai yang memang jago berenang jadi pengin ‘diving’. Dia saking penginnya ambil bunga karang di dasar laut, akhirnya dilepasnya jaket pelampung n kaki kataknya and then menyelamlah dan berhasil membawa 3 bunga karang yang sedianya mau kubawa pulang buat oleh2 tapi ketinggalan di rumah Ibu Haji.



Kita cuma sempat snorkeling di P. Tidung dan P. Karang Beras. Ombak keburu tinggi, terlalu riskan buat kita. Akhirnya pulanglah kita. Ombak lumayan tinggi. Kita terombang-ambing cukup lama di laut. Air masuk mpe perahu. Huehue serasa naik Kora-Kora di Dufan, tapi jauh… jauh… lebih seruuuuuu……….
Ning n Dhani dah ga kuat, mengeluh pusing, mual2. Ya mabuk laut. Berguna juga persediaan tolak angin-ku. Bahkan Pai, yang tampak perkasa pun tumbang… Hihihihi…. Pai mabuk laut………
Dan kelaperan. Menyesal kenapa tadi ga ngebekel makanan.

Selama terombang-ambing di laut inilah banyak kulihat pelangi. Hei hei hei….. Ada pelangi. Itu di sana, dan di sana juga. Ya ya ya….. banyak pelangi di atas laut. Hasil pembiasan sinar matahari yang bentrok dengan ombak yang muncrat2 ke arah kapal.
Kyaaaaaa……… banyak pelangi!!!!!!!!!

Sampai ke darat, semua takjub dengan perubahan bentuk kita. Huehuehuehue………. Semua tampak gelap, belang2.xixixixiixi… Hidup hideung…………
Bakal pulih berapa lama ya??????
Sebulan? Dua bulan? Tiga bulan?????
Ga peduli, yang penting kita laper, need something to eat. Dan akhirnya setelah sampai di homestay, kita stop mang mie ayam baso yang lewat. Nyam nyam nyam……… Dalam sekejab langsung ludes. Mang mie ayam-nya laris manis euy……

Habis mandi, ga terasa langit di ufuk barat udah kemerahan. Sunrise………heheheheh….. Dan begegaslah kita dengan berjalan kaki, melangkah ke Dermaga Tidung, view sunrise dari sana.
Kyaaaa…………cantiknya…….
Langit didominasi oleh warna biru. merah, orange dan hitam. Bertabur banyak bintang dan tampak bulan sabit di ujung utara. Kapal2 di kejauhan tampak berbentuk siluet2 hitam bikin semakin cantik suasana.
Ga tau kenapa sore itu begitu banyak bintang. Sekali kita melihat bintang jatuh. Dan terlihat banyak rasi bintang. Dan sejenak kita flash back ke pelajaran SMP dulu.
Itu rasi bintang pari………, itu rasi bintang biduk……, dan itu….. dan itu……… Wow wow wow………


Sunset dilihat dari dekat dermaga Tidung

Dan herannya, waktu tengah malam aku kembali ke sana dengan niat mau lihat hujan meteor coz dpt titipan ‘a wish’ juga, ternyata bintang yang terlihat hanya satu dua. Tampak spokiiiiiiiiiyyyyy banget. Laut pasang. Tempat yang di sore hari kita bisa berfoto-foto narsis di sana, semua sudah terendam air. Dan anginnya kenceng banget. Sueeeerrrrrr……… aku yg cuma berdua ma Etil, mpe merinding. Sepi banget. Tak terlihat seorang pun di sana. Hanya gelap dan gelap di depan kita. Memang nekaaad….. Yang lain pada tidur lelap, ga bisa dibangunin. Cuma Week aja yang terjaga mbukain n nutupin pintu depan. Ya ya ya, semua pada tepar kecuali aku yang ga bisa tidur coz kepanasan. Gila gerah banget. Keringat ngalir terus.
Dan tak satu pun bintang jatuh yang kita lihat. Akhirnya kembali ke rumah. Menunggu mpe 00.45 di depan rumah coz katanya puncak hujan meteor pk.00.30. Dari depan rumah, bintang jauh terlihat lebih jelas dibanding dilihat dari tepi pantai. Dan tetap saja tak satu pun meteor jatuh malam itu.
Yayayayayah…. Memang kita belum beruntung………

Keesokan pagi, semuanya pada bangun kesiangan. Aku yg sudah berpesan ke Ibu Haji Ida, minta dibangunin pk.04.00, baru bangun pk.05.00. Itupun setelah dibangunin Ibu Haji Ida. ‘Jadi mau pada lihat matahari terbit ga?’
‘Yayaya jadi Bu!!!!!’
Tanpa mandi, cukup cuci muka aja, akhirnya kita rombongan cewek2, ber-7, pk.05.40 mengayuh sepeda menuju ke timur. ‘Bike to the sunrise’. Semangat!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Ternyata jalan sudah lumayan rame, di luar masih terlihat gelap. Beruntunglah kita, biarpun bangun kesiangan, tapi sunrise kali ini terlambat, jadi kita masih bisa mengejarnya. Dan anak2 cowok. Heran. Jadi tahu. Kenapa cowok lebih gampang cape dan lebih mudah menyerah daripada cewek ya. Perasaan kemarin sehabis snorkeling, mereka tidur sore sudah lumayan lama. Habis makan malam, itupun harus dibangunin berkali-kali baru pada mau bangun untuk makan, lanjut tidur lagi mpe pagi. Eh pagi2 yang katanya pada mau kut lihat sunrise pada bergeming waktu dibangunin. Ya sudah nti nyusul aja………

Kita parkir sepeda di tepi pantai. Sepeda digeletakin di mana aja, aman. Heran, waktu di rumah, sepeda cuma ditaruh gitu aja di halaman tanpa kunci pengaman, bahkan pintu gerbang pun tidak ditutup. Juga kulihat beberapa sepeda motor diparkir di depan rumah dengan kunci menggantung. Ya, di Pulau kecil seperti itu, siapa yg akan mencuri, semua penduduk kenal. Akses ke luar Pulau cuma dengan kapal, itu pun sehari sekali keberangkatan pk.14.00. Tapi jangan coba2 naruh sandal di depan rumah, suka ilang.

Keyeeeeen banget…………
Semua di depan mata kita tampak bak siluet. Langit kemerahan. Jembatan memanjang penghubung Pulau Tidung besar dan Pulau Tidung kecil pun cuma terlihat bak siluet hitam memanjang. Udara benar2 segar, angin laut berhembus semilir. Serasa di surga……….
Andai bisa lebih lama merasakan ini semua…….
Dan………. Akhirnya, SUNRISE……… My first perfect sunrise. Kunikmati dari tengah2 jembatan di tengah laut.
Semua takjub memandang ke satu titik yg sama. Sunrise.

The perfect sunrise @Tidung....... keyen



Perlahan matahari mulai naik, sinar matahari pagi cahayanya sungguh hangat dan membuat apa pun obyek yang kita foto tampak lebih exotic. Pencahayaan yang alami tanpa perlu setting sana-sini.

Matahari semakin tinggi


Sebuah Perahu....


Keramba...

Laut di bawah jembatan merupakan laut dangkal. Semua biota yang ada di dalamnya terlihat jelas. Dan sejauh mata memandang, tampak gradasi warna air laut yang begitu kentara. Biru muda, biru kehijauan, dan biru tua. Biru tua, menunjukkan di situ laut yang dalam, kedalaman 40-55 km. Terlihat ada beberapa kapal berlalu lalang di sana.


Laut dangkal. Kehidupan biota di dalamnya terlihat jelas

Berjalan melewati jembatan menuju Pulau Tidung kecil sebenarnya lumayan jauh, tapi coz kita semua menikmati perjalanan kita, jadi tidak terasa. Untung aku ada bawa bekal makanan dan minuman, jadi bisa nyarap dulu di jembatan…. Xixixixixi…..

Pulau Tidung kecil, tampak rimbun. Di ujung timur pulau ini, ada pantai pasir putih yang bagus. Sayangnya aku ga sempat jalan kaki mpe sana. Di Pulau ini juga ada makam ‘Panglima Hitam’, katanya dia seorang panglima yang dulunya berjasa mengalahkan bajak laut. Akhirnya menetap dan dimakamkan di sana. Katanya makamnya dikeramatkan, tiap malam Jumat kliwon suka ada yang berziarah atau bermeditasi di sana. Spokiiiyyyy juga ya……

Ada juga kulihat rombongan backpacker yang berkemah di tepi pantai Pulau Tidung kecil ini. Memang lokasinya lumayan terlindung dari angin laut, tapi sayangnya pantai di sekitar situ terlihat kotor, banyak sampah. Sepertinya sampah2 yang dibawa air laut dari Pulau Jawa. Huehuehue….ga suka……

Ketika matahari dah mulai tinggi, tampak dari kejauhan Arjuna2 berkaos putih datang. Huw uh…. Matahari dah tinggi baru pada bangun. Akhirnya mereka harus rela hanya menikmati sunrise dari foto2 yang kita ambil. Kacian deh loe pade…… :p

Matahari mulai terik. Kita semua yang sudah terlihat exotic sudah ga peduli bakal lebih exotic lagi. Sebelum back to homestay untuk sarapan merangkap makan siang coz memang sudah siang, lanjut mandi and then bersepeda lagi ‘bike to the island’, kita sejenak melepas dahaga dengan es kelapa muda. Harganya murah banget, jika mengingat kita lagi di obyek wisata. Es kelapa utuh Rp.5.000,-, es kelapa cup Rp.3.500,-. Segar…………



Habis cape bersepeda, mpe rumah sudah tersaji nasi uduk di ruang tamu. Huwhuw semua makan dengan lahap. Rasanya itulah saat makan terenak kita selama di Tidung.
Habis makan, mandi, n then lanjut sepedaan lagi. Kali ini Dian, Rizal ma Etil tidak ikut serta. Pada tepar. Dan mereka inilah yang selamat dari ‘hideung yang amat sangat dan iritasi kulit’. Ya, sinar matahari benar2 menyengat. Membuat muka jadi semerah saga.

Kali ini kita bersepeda ke arah barat, menyusuri pantai barat. Melewati jalan yang cuma muat untuk dua sepeda, itu pun kalau berpapasan harus mengalah salah satu. Tidak ada satu pun mobil di sana. Sepeda motor yang banyak dijumpai di sana. Tapi tak kulihat satu pun yang jual bensin ataupun bengkel di sana. Tapi pasti ada, di mana ya……
Penduduk di sana ramah2. Tiap papasan di jalan, mereka mau tersenyum. Humhumhum jadi betah, serasa di rumah sendiri, sungguh kita diterima baik di sana. Jalan2nya pun kita gampang apal, tidak perlu takut bakal nyasar.
Akhirnya kita melewati jalan setapak yang cuma bisa dilewati satu sepeda. Jalan berpasir di kanan-kiri jalan semak-semak dan ilalang. Tadinya kupikir itu tanaman padi. Heran kok bisa ada sawah di sini.
Banyak juga pohon kelapa.



Dan gedung sekolah ‘Madrasah’ yang kita jumpai ada di tengah2 hutan ilalang,. Jauh dari pemukiman. Gedungnya besar, bagus. Bahkan gedung Kelurahan di sana pun tampak bagus dengan gaya modern. ‘Hehehe, jangan salah, pulau ini kaya lho,’ kata Pai.
Tapi serem juga gedung sekolah di tempat terpencil gitu. Klo pulang kemaleman gimana………



Pantai di sepanjang Pantai barat P. Tidung, berpasir putih tapi lengket di kaki coz butiran2 pasirnya begitu kecil berasal dari rontokan2 batu karang. Laut dangkal yang membentang dengan banyak ganggang laut dan ikan2 kecil berwarna hitam. Dan si Pai menemukan satu makhluk aneh yang ga tau apa namanya. Semua juga ga berani memegangnya coz ga tau makhluk ini berbahaya atau tidak.


Pantai barat pulau Tidung

Pukul 12an kita bergegas kembali ke rumah, harus packing, jadwal kapal dari P. Tidung ke Muara Angke pk.14.00. Kita belum mandi, packing, pamitan. Hehehehe

Seperti biasa, aku pengin memfoto mereka yang pada bersepeda di depanku. Dan akibatnya aku jauh tertinggal dari yang lain. Dan untunglah Pai tidak meninggalkanku sendirian, kalau tidak aku pasti akan menangis kebingungan coz sepedaku tiba2 aja rewel pedalnya tiap dikayuh beberapa meter suka lepas2 sendiri. Mana hp yang kubawa yang Telkomsel, ga ada sinyal di sana, Yang Indosat, yang full signal, lagi di-charge. So Pai harus merelakan diri memasang pedal dan memukulnya dengan batu biar bisa lebih kuat terpasang. Terpaksa berkali-kali berhenti, pasang pedal lagi. Ampun deh…. Cape banget. Thanks so much Pai…… ^_^
Dan setelah sampai di rumah, aku baru tahu, ternyata keadaan sepeda Pai juga amat parah, stang sepeda lepas dan sadelnya elastis banget, gerak2 sendiri seenaknya mpe 180°’. Huhuhu…… Salut ma dirimu Pai, sama sekali tidak mengeluh………


Sepedaku, pedalnya patah... :(


Sepeda Pai, lebih parah... :D

Waktu evaluasi dengan Pak Wardi, aku complain tentang sepeda. Kata P. Wardi, kalau kaya begitu, tinggalin aja sepedanya di tempat sepeda itu bermasalah, terus telepon, nti akan diantar sepeda penggantinya ke sana. Huehuehueue…… muzti nunggu datangnya sepeda pengganti berapa lama coz kita berada di ujung barat pulau….
Dan dari pengamatan, sepeda2 yang bermasalah baik pedal, sadel, stang ataupun rem blong, semuanya di sepeda federal, bahkan masih bersegel plastic. So bersegel bukan jaminan. Untuk sepeda2 mini berkeranjang, sama sekali tidak bermasalah, safe. So… lain kali klo sewa sepeda, yang sepeda mini berkeranjang aja, cowok pun ga masalah. Xixixixixi

Akhirnya kita musti pergi. Makan siang kita minta dibungkus coz ga akan sempat makan, bisa buat bekal di kapal. Berpamitan dengan Ibu Haji Ida.
‘Maaf Bu, rumahnya jadi kita berantakin.’
‘Makasih ma Pak Wardi sudah banyak dibantu’.
‘Kapan2 boleh ke sini lagi ya Bu. Makasih.’
Huehuehue sedih juga harus meninggalkan Tidung.

Kapal terlambat datang. Jadwal pk.14.00 ternyata baru datang pk.15.00. Makan siang yang sedianya mau dimakan di kapal, akhirnya dimakan di dermaga. Dan ketika lihat ada yang pada makan es lilin, kita pun jadi kabitha. Setelah tanya sana-sini ga tau di manakah gerangan sang penjual es lilin ini yang olalala ternyata nangkring di depan kita persis, satu2nya penjual mie ayam di sana yang siang itu laris-manis.
Berdesak-desakan naik ke atas kapal, ga ada yang mau ngalah, untunglah kita keangkut juga. Memilih di bawah. Dan aku menyesal dengan pilihan ini. Sumpek, panas, sama sekali ga ada pemandangan. Bikin pusing. Mana di sana-sini air laut bisa muncrat masuk. Mana laper, mau makan juga ga enak coz depan-belakang, kanan-kiri banyak orang ga ada yang makan sama sekali. Perjalanan terasa lama sekali. Yah, paling tidak udah ngrasain pengalaman naik kapal di badan kapalnya. Dan semoga bezok2 tidak akan terulang lagi……

Pk.18.00 kapal baru mpe Muara Angke. Kita terpisah di 3 taxi dengan tujuan yang berbeda-beda. Week, Dhex, Nick, Pai, Ndra ke Airport; aku, Etil, Dian ma Rizal ke Gambir dan Dhani n Ning ke Sunter.

Dari Muara Angke kita lihat langit kemerahan. Sunset…..
Huehuehue…. Jadi pengin lihat sunset di Tidung lagi……….


Kesimpulan akhir tentang liburan kali ini:
Ga menyesal memilih berlibur ke Pulau Tidung, Pulau paling selatan barat dan pulau paling besar di Kepulauan Seribu. Sungguh apik, masih alami. Takjub, ternyata ada tempat seindah itu di Indonesia. Beruntung bisa menjejakkan kaki ke P. Tidung yang masih alami, bebas polusi. Penduduknya ramah2 sama sekali tidak berjiwa komersil dengan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Semua harga relative murah, bahkan kataku lebih murah dp di Jawa. Menu makan yang dihargai @Rp.15.000,- pun terhitung cukup murah dengan lauk sebanyak itu dan rasanya pun lumayan. Menu untuk 15 orang, tapi lauk masih bersisa banyak. Ga rugi apa ya….
Ga tau 10 tahun ke depan bakal kaya apa. Aku berharap, semoga jika banyak investor yang masuk, tidak lantas menjadikan Tidung sebagai kawasan modern yang komersil. Biarlah tetap alami seperti itu. Tanpa hotel, tanpa tempat hiburan, tanpa rumah makan, tanpa polusi, ke mana-mana jalan kaki dan naik sepeda, biar sehat.

Dan untuk gambaran bagi yang bikin plan mau ke sana, biar gampang, bisa minta tolong ke Pak Wardi (085693565464). Bapak ini bisa kita minta tolong untuk mengkoordinir semua keperluan kita di sana. Baik tempat menginap, sewa sepeda, sewa kapal, sewa peralatan snorkeling, makan, snack, bahkan barbeque. Sewa sepeda tengah malam pun jadilah, coz kita memaksa malam2 baru telepon minta dikirim sepeda sebanyak 11 buah dan benar juga pk.22.30 diantarlah sepeda2 itu ke rumah.

Dan budget kita selama 2 hari 1 malam di sana, sudah termasuk naik kapal pp @Rp.285.000,-. Murah kan? Ga seperti yang ditakutkan banyak orang, wisata ke Kep. Seribu budgetnya gedhe. Asal perginya rame2, idealnya 10-15 orang coz sewa 1 kapal buat snorkeling cuma muat untuk sekitar 10-15 orang. Budget sewa kapal dan homestay jika rame2 bisa ditanggung banyak orang so liburan bisa jadi lebih murah.
Berikut rincian biayanya:
Naik kapal dari Muara Angke – P. Tidung @Rp.33.000,- begitu pun bea kapal P.Tidung – Muara Angke.
Homestay, rata2 per rumah 300-350ribu, bisa buat mpe 15 orang.
Sewa sepeda per hari @Rp.15.000,-
Makan @Rp.15.000,- kecuali barbeque di tepi pantai, perhitungan tersendiri, kira2 perlu berapa kilo ikan.
Sewa kapal per hari Rp.400.000,- sudah termasuk guide.
Sewa peralatan snorkeling @Rp35.000,- (jacket pelampung, alat bantu pernafasan, kacamata dan sirip katak)
Data di atas data per April 2010.

Ayo…. Ayo…… siapa lagi mau menyusul ke Pulau Tidung………

3 comments:

Red-Now said...

hehehehe ini tulisanku yg paling panjang.... hasil dari nunggu hujan yg mpe 5 jam ga reda-reda....
Lumayan.... hujan air mendorong hujan kata-kata...
Yuph.... mari....

Anonymous said...

kalo bawa mobil kesana bisa ga teh??
trus disana ada mesjid ga??

Red-Now said...

Mobil ga bs dibawa coz ga ada akses bt mobil ksana. Kapal yg brkt ke Tidung pun cm kapal penumpang dgn kapasitas yg tdk terlalu besar. Lagian di Tidung jalan rayanya cm sempit2, memang hanya diperuntukkan u/ sepeda, sepeda mtr dan becak. Lagian ke mana2 kan dekat. Jalan kaki atau naik sepeda malah sehat n bebas polusi.
Hayu buruan nyusul ke sana sblm apa2 keburu naik...