Tuesday, May 18, 2010
CROSS COUNTRY 2,5 JAM MENELUSURI HUTAN MARIBAYA
Hari minggu pagi, 7 Februari 2010, kumpul jam 6 pagi, kita siap2 hunting ijo2 melepas pandangan sejenak dari hiruk-pikuknya kota Bandung. Bersama rombongan 3 mobil, keluarga besar, lengkap dah, ada bapak-ibu, kakak-adik, anak2, bahkan bayi umur 4 bulan juga ga mau ikut ketinggalan, kita melaju menuju Taman Hutan Raya Maribaya.
Di awal perjalanan kita menelusuri sepanjang jogging track, semuanya bersemangat melangkahkan kaki. Serba hijau di kanan-kiri, hmmmmmmm sungguh memanjakan mata. Udara segar, menyejukkan raga dan suara gemericik air baik dari sungai yang kita lewati maupun suara air terjun di kejauhan sungguh menentramkan hati.
Jalan lumayan licin coz saking seringnya hujan turun.
Ternyata banyak juga hari itu rombongan2 lain yang berpapasan dengan kita. Ada beberapa yang naik sepeda. Ada juga 2 orang cewek bule yang berpapasan dengan kita. Suka salut dengan backpacker2 asing, mereka berani menelusuri negeri asing tanpa ditemani guide, hanya dengan bermodal peta dan tekad. Aku biarpun kadang2 suka nekad, sepertinya ga akan punya keberanian sebesar itu sendirian menjelajah negeri asing.
Sehabis menyeberangi jembatan, kita ada melewati budidaya lebah, di samping persis bendungan air. Di dekat situ ada rombongan organisasi ga tau dari mana yang lagi pada meeting menggelar tikar. Wah seru juga ya, meeting di alam terbuka gitu.
Rute cross country kita melewati jogging track, jika kita tempuh dengan berjalan kaki akan memakan waktu sekitar 4,5 jam. Untuk mempersingkat waktu, akhirnya diputuskan memotong jalan dengan mengambil jalan pintas mendaki bukit Maribaya. Tadinya mau menyeberangi sungai yang ada di sana, tapi coz di dalam rombongan ada banyak anak kecil, dirasa terlalu riskan. Kondisi arus air sungai begitu deras. Ya belakangan intensitas hujan memang lumayan. Akhirnya diputuskan berjalan memutar dan mulailah pendakian kita.
Mendaki bukit dengan kemiringan sekitar 45°, setapak demi setapak mendaki mengikuti satu jalur pendakian yang sepertinya jarang dijamah manusia coz benar2 seperti melewati hutan belantara. Jalan setapak sudah banyak ditumbuhi semak dan ilalang hingga kita harus sesekali menyibakkan ilalang yang menutup pandangan kita. Dan wow wow wow…… jalan begitu licin dan berlumpur. Harus hati2 coz bisa saja kita tergelincir, di sebelah kiri kita jurang begitu dalam. Sereeeemmmm……
Ada beberapa orang yang tergelincir jatuh, dan harus rela badan kotor berlepotan lumpur.
Perjalanan terasa begitu lama. Kok ga nyampe-nyampe ya. Rasanya aku dah pengin menyerah, si Etil nafasnya mpe sesek. Tapi heran, mereka2 yang di depanku sama sekali tidak ada yang berhenti sejenak untuk beristirahat. Itu yang kuharapkan biar aku bisa sejenak mengumpulkan tenaga. Tapi apa daya, semua terus berjalan dan berjalan, tidak mungkin bagiku untuk berhenti coz di belakangku masih banyak yang mengantre, sedangkan jalan cuma bisa dilewati oleh 1 orang, tidak bisa berpapasan.
Salut ma anak2 kecil, mereka pada kuat. ‘Ku tak sanggup………’ Beberapa kali kunyanyikan lagu ini. Dan disambut dengan ‘Bentar lagi udah nyampe!’ teriak Pak Iwan yang di depan. Begitu dan terus begitu tapi tidak kunjung sampai.
Beruntunglah kita, perjalanan kita begitu terberkati. Biarpun langit mendung tapi hujan tidak turun. Tak bisa kubayangkan jika sampe hujan turun akan seperti apa jadinya. Jalan akan semakin licin dan menyeramkan. Dan yang mengerikan………, menurut cerita2 yang baru diungkap beberapa hari setelah pendakian ini, ada banyak kejadian mistik selama pendakian. Tapi hal ini sengaja tidak diceritakan saat pendakian takut yang lain bakal pada ketakutan. Untunglah tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan. Kita semua selamat sampai tujuan.
Aku merasa jadi lebih tinggi coz lumpur yang menempel di sepatu kets-ku 3cm sendiri. Huehuehue…… ga bisa bayangin betapa harus berjuang ekstra untuk mencucinya nanti.
Semua terlihat begitu letih dan kotor. Etil dan beberapa yang lain langsung terduduk berselonjor kaki, dah tak peduli lagi, begitu saja langsung ngampar di tanah. Elis yang badannya gendut yang sejak di tengah pendakian merasa sudah tidak berdaya, begitu saja langsung merebahkan badannya di rerumputan dan baru mau beranjak setelah dibujuk klo habis itu kita langsung makan.
Yayaya…… lanjutkan perjalanan ke garis finish, ke rumah Yatie.
Katanya rumah Yatie ga jauh lagi. Ternyata oh ternyata…… kita masih harus berjalan lagi, naik-turun melewati area perkebunan penduduk.
Benar2 cape. Kaki serasa sudah kaku untuk melangkah. Tapi pemandangan di sekitar kita sungguh menyenangkan. Melintasi perkebunan cabe, tomat, bunga kol, jeruk, daun bawang, caisim, dan peternakan sapi perah yang baunya lumayan. Huehuehue……
Beberapa kali berpapasan dengan Pak & Bu tani yang baru pulang dari menggarap kebunnya. Mengingatkanku akan masa kecilku yang dulu sering ikut nenek-kakek ke ladang, menyemai benih jagung, menanam setek singkong, menanam biji kacang tanah, paria, gambas dan kacang panjang, sampai akhirnya memanennya. Huehuehue……jadi kangen saat2 itu. Jadi pengin berkebun lagi……
Ada juga petani yang tengah memanen tomat. Ya, kita mampir bentar untuk berfoto.
‘Hehe, Pak boleh ya numpang foto.’
‘Ya… ya…boleh neng!’
Sungguh menyenangkan.
Akhirnya setelah perjalanan yang semakin memperparah keadaan sepatu kita, sampailah di rumah Yatie. Kita cuci2 tangan-kaki, n then makan siang. Dilanjutkan dengan hiburan kesenian Sunda. Menyanyi2 dan ramah tamah, semuanya dalam Bahasa Sunda. Weizzzz……aku kagak ngerti.
Akhirnya aku ma Etil memilih kabur, jalan2 di sekitar rumah Yatie. Ketemu dengan bapak yang baru pulang memanen kacang panjang. Murah banget bowww… 1 ikat besar cuma dihargai Rp.2.000,-. Sungguh tak sebanding dengan jerih payahnya. Akhirnya beli deh buat oleh2 yang di kost.
Saking penginnya ke kebun jeruk, akhirnya mbujukin Yatie n adiknya supaya mau mengantarku ke sana. Etil, yang tahu ke kebun jeruk berarti harus berjalan turun lagi, kembali ke jalan yang sebelumnya kita lewati, sempat menolak. ‘Cape Buntil klo nanti pulangnya harus naik lagi, lagian langit mendung. Lihat itu kilatnya.’
Tapi akhirnya Etil ngikutin aku, Yatie n adik Yatie yang tetap kekeuh pengin ke kebun jeruk.
Sebenernya tadinya pengin juga susu murni langsung dari tempat perahnya, tapi berhubung aku tidak pesan sebelumnya jadi tidak memungkinkan. Ternyata ada jam2 tertentu untuk memerah susu sapi. Sebelumnya Yatie pernah membawakan susu sapi murni. Aku yg biasanya ga suka coz kataku terlalu amis, waktu itu doyan. Jadi pengin lagi.
Kita berjalan menelusuri kebun jeruk. Melewati kebun caisim, kebun daun bawang. Hihihihi senengnya. Palagi di situ ada juga strawberry dan blueberry. Saking senangnya memetik dan memetik, ga terasa aku dapat jeruk 2,5 kg. Hmmmm….. buat oleh2 yang di kost. Rasanya rada asem tapi seger. 2,5kg dihargai Rp.25.000,-. Sedangkan caisim dan daun bawang yang kuambil tidak dihitung coz katanya aku ngambilnya dikit banget. Hehehe makasih Bu.
Sebelum ke kebun jeruk, kita melewati kandang sapi perah. Aku sempet mampir bentar, ngobrol ma Bapak yang memeliharanya. Bapaknya baik dan ramah. Dia menjawab semua pertanyaan2ku coz rasa ingin tahuku yang besar. Sapi2 ini dijaga oleh beberapa anjing yang dirantai, yang tak henti2nya menyalak waktu aku mendekati kandang sapi. Hehe…. Anjing penjaga yang baik. Maaf ya, Cuma pengin lihat sebentar.
Anak2 kecil yg pada pengin diphoto.... ^_^
Sungguh pengalaman yang menyenangkan. Jadi pengin punya kebun sendiri. Rasanya sungguh damai melihat kehidupan di sana. Jauh dari keramaian, jauh dari polusi coz mobil tidak bisa masuk mpe sana. Penduduknya ramah2 dan sepertinya hidupnya penuh kedamaian. Hidup tanpa beban. Berbeda dengan tinggal di kota yang tingkat stressnya tinggi.
Jadi pengin tinggal menyepi, hidup dari berkebun dan miara ikan. Ya, tapi sekarang2 ini tidak mungkin. Aku punya tanggung jawab yang tidak bisa kutinggalkan. Jadi bermimpi, semoga suatu saat nanti bisa kesampaian punya area perkebunan dan sebuah rumah kecil di daerah pegunungan yang subur. Lahan sempit gapapa, yang penting bisa buat refreshing. Ya ya ya…… wish wish wish I wish….. ^_^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment