Tuesday, April 21, 2009
Hari Minggu, 19 April 2009, waktu lewat jalan yg biasa kulewati, kulihat kesibukan beberapa warga di sekitar kostku membongkar warung lotek di gang kostku yg menjadi langganan anak2 kost tempatku. Lotek, rujak dan karedok buatan ibu ini lumayan enak, murah lagi. Tapi pedesnya minta ampun. So tiap mau pesan lotek sebaiknya bilang pedasnya sedang daripada perut jadi mulas ga kuat kepedasan.
Terlihat si ibu lotek yang sudah paruh baya ini mengepak barang2nya. Ada apa ya? Apa Ibu ini kena gusur? Suami ibu lotek ini, mang sampah yg biasa ngambil sampah ke kostku juga terlihat membantu istrinya.
Ada apa ya? Karena penasaran, akhirnya kutanyakan ke bapak2 tetangga depan kost yang kebetulan lewat kostku. Si Bapak bercerita, katanya tanah yg selama ini ditempati Ibu lotek, yg selama ini menjadi sengketa, sudah terjual, mau dibikin panti jompo oleh sebuah Yayasan. Dan si Ibu lotek sekarang sedang bingung, tidak ada lagi tempat untuk tinggal, tidak ada lagi tempat untuk pergi, tidak ada lagi tempat untuk berjualan untuk menyambung hidup. Kasihan sekali Ibu ini. Suaminya juga kurang perhatian coz menikah lagi. Ibu ini sedang menghadapi dilema, kembali ke kampung atau tetap bertahan di Bandung. Tapi ke mana dia akan tinggal.
Beberapa tetangga menyarankan supaya si Ibu ini tetap tinggal di Bandung, gerobaknya diberi roda, supaya bisa berjualan di pinggir jalan raya. Dengan adanya roda di gerobak, akan lebih mempermudah mobilitasnya.
Aku berharap pihak Yayasan yg akan mendirikan panti jompo nanti mau berbaik hati mempekerjakan si Ibu ini. Selama ini aku merasa Ibu ini baik sekali, tulus, ramah. Dia begitu tabah menjalani hidpnya yg aku tahu pasti sangat berat. Ada suami di sampingnya tapi seakan tak teraih karena bukan sepenuhnya miliknya lagi. Ya, ibu ini sudah terluka. Bisa kulihat dari betapa canggungnya hubungannya dengan suaminya.
Penggusuran, merupakan sebuah dilema. Keputusan untuk membuat sesuatu lebih baik, lebih teratur, belum tentu bisa diterima dengan baik oleh semua pihak. Selalu saja ada pihak yg dikorbankan.
Kadang2 melihat proses penggusuran suka tidak tega. Tapi mau gimana, sudah diputuskan. Memang harus ada yg mau mengalah, harus ada yg dikorbankan.
Kadang2 sebuah penggusuran memang salah. Kenapa baru dilakukan setelah membiarkan sekian lama sebuah komunitas tumbuh dan berkembang di sana. Kenapa tidak mencoba menertibkan selagi belum banyak yg tinggal di sana, kenapa baru diambil tindakan setelah banyak yg tinggal di sana. Akhirnya menjadi begitu banyak yg harus menjadi korban.
Yah, kalau ingin maju memang harus ada yg dikorbankan. Sebuah keputusan sulit yang harus diambil. Aku kalau disuruh memilih juga mungkin ga tau harus memilih yg mana. Tetap melakukan penggusuran demi pembangunan, demi sebuah tatanan kehidupan yg lebih baik tapi harus mengorbankan begitu banyak keluarga yg harus kena gusur ataukah membiarkan sebuah kawasan kumuh tetap ada yg bisa jadi jika lingkungan itu dibiarkan terus akan menjadi sumber penyakit dan juga merusak tata kota. Terlebih jika berada di sepanjang aliran sungai bisa jadi menjadi salah satu penyebab banjir.
Keputusan memang harus diambil. Mengambil keputusan yg bisa diterima dengan baik oleh semua pihak memang sangat sulit. Mencoba merubah sebuah tradisi yg sudah bertahun-tahun ada di sana akan sangat sulit. Akan banyak pihak yg tdk bisa menerima.
Mungkin yg terbaik, bukan penggusuran, tapi dipindahkan atau relokasi ke tempat yg lebih baik. Tapi terkadang, mencoba memindahkan itu amat sulit coz mereka sudah merasa memiliki tempat itu, menjadi bagian dari tempat itu.
Yah, sebuah pilihan yg harus dihadapi. Seberapa berat, memang harus dijalani dan dihadapi. Semoga segalanya akan menjadi lebih baik lagi.
Thursday, April 23, 2009
Kemarin aku lihat si Ibu penjual lotek sudah mulai berjualan lagi. Mulai membangun warung kecilnya di sebelah warung lamanya yg kena gusur. Sepertinya dengan swadaya dari warga di sekitar tempat itu. Dan pagi ini, ketika aku mampir mau beli lotek si Ibu, loteknya belum matang. ‘Belum matang Neng! Bentar lagi!’ Si Ibu dengan senyum ramahnya memberitahu.
Ibu, tetap semangat ya, jangan pernah menyerah. Semua pasti ada jalannya.
Kalau Ibu memutuskan pulang kampung, nanti kita2 kalau mau beli lotek gimana??????
Untung deh si Ibu ga jadi pindah.
Percayalah, semua pasti ada jalannya. Semangat!!!!!!!!!!!!!
No comments:
Post a Comment