Ga terasa Desember sudah hampir berakhir. Tinggal 15 hari lagi.
Tinggal menghitung hari 2010 sudah berganti menjadi 2011.
Desember ini masih sama seperti Desember2 kemarin dan kemarinnya lagi.
Seperti biasa menghabiskan waktu dengan melakukan hal2 konyol dengan teman2ku yang satu per satu mereka mulai memiliki kehidupan baru.
Bedanya Desember ini, ibuku begitu berharap melihatku menikah.
'Nanti Desember ya? Awal tahun depan ya?'
Kujawab saja ‘Amin’ meskipun aku sendiri tidak yakin.
Bukannya aku tidak mau. Aku juga mau.
Tapi dengan siapa? Aku sama sekali tidak punya bayangan dengan siapa aku akan melangkah ke sana.
Aku tidak mau sembarangan memutuskan. Di usiaku sekarang sudah tidak bisa main2 lagi. Aku tahu, aku harus lebih serius.
Aku takut keputusanku yang tergesa-gesa nantinya hanya akan menjadi penyesalanku di kemudian hari.
Be patient mom.
Aku tahu dia mengkhawatirkanku.
Dia ingin ada seseorang yang menjagaku,
Ada seseorang yang bisa menjadi tempatku bersandar……
Don’t worry mom,
On the right time I’ll bring d right one to u….
Seseorang yang membuatku dengan yakin shout ‘Yes, I do”
Seseorang yang dengan tulus mau menemaniku meniti hari
Mau mewujudkan mimpi bersamaku
Menemani ke mana pun aku ingin melangkah
Dan membuat hari2mu lebih berwarna dengan memberimu seorang anak lagi……
Seseorang yang juga menyayangimu sebagaimana aku begitu menyayangimu….
Ya aku pun tahu, engkau sudah amat ingin menimang cucu.... xixixixi....
Love u mom………So much…
Thursday, December 16, 2010
FIRST LOVE NEVER DIE?
Ada pepatah, ‘First love never die’.
Benar begitu?
Aku tidak terlalu sependapat. ‘never be forgotten’ mungkin iya. Tidak lupa ga boleh disamakan arti dengan masih cinta. Melupakan itu bukan perkara yang gampang. Bagaimanapun seseorang itu pernah mengisi hari2 kita, membuat kita selalu bersemangat menunggu esok menjelang. Seseorang itu juga yang mungkin tanpa pernah disadarinya membuat kita begitu terluka dan sedih berkepanjangan.
Dan untuk menghapus rasa cinta itu butuh waktu yang amat panjang.
Tadinya kupikir aku juga ga akan pernah bisa melupakan cinta pertamaku. Tapi ternyata tidak juga. Setelah bertahun-tahun, akhirnya bisa juga. Itupun setelah kuberanikan diri menulis ke dia klo dulu aku pernah begitu menyukainya. Kasih tak sampai. Huehuehue...
Aku tak menyesal pernah menyukainya, bagaimanapun dia pernah membuat hari2ku begitu berwarna.
Akhirnya aku tahu, sebenarnya aku dulu tidak bertepuk sebelah tangan. Dulu pun aku bisa merasakannya biarpun tidak yakin. Dan aku tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi. Ini semua bagian dari rencana-Nya. Ya, dia orang yang baik tapi bukan orang yang tepat untukku. Tidak baik bila memaksakan diri untuk bersama.
First love.
Belum tentu ‘first love’ kita orang yang pertama kali kita sukai. Aku mulai menyukai seseorang waktu kelas 5 SD. Tapi jelas dia bukan ‘first love’-ku. Kelas 5 SD? Terlalu dinikah? Hehehehe. Yah cinta cinta monyet lah. Belakangan setelah SMP hampir lulus dia tanya kenapa dulu aku menolaknya. Padahal dulu dia sama sekali belum pernah bilang suka. Cuma dengar dari teman2ku saja. Sedangkan sebuah pernyataan langsung itu buatku amat penting. Akhirnya aku mengaku saja klo dulu pernah menyukainya. Hahahaha.... Jadilah kita saling menertawakan. Tapi lega sudah jujur.
Ketika akhirnya aku mulai bisa membuka hatiku pada seseorang, ternyata aku kembali dijauhkan. Dan aku sendiri tidak tahu mengapa? Kadang2 aku berpikir kenapa cowok suka ga mau kalah dari cewek. Bukan salahku klo nilaiku jauh lebih baik dari dia. Salahnya sendiri dapat nilai lebih buruk dari aku. Ga mau belajar sih... xixi. Paling ga aku tahu hal ini sedikit memacu belajarnya. Waktu kulihat nilai2nya di semester berikut sudah jauh lebih baik, aku merasa sedikit lebih lega n mengurangi rasa bersalahku.
Sempat sedih waktu kelulusanku yang 1 semester lebih awal darinya menyadarkanku bahwa aku memang tak mungkin sama2 dia. Tapi ini ga berlangsung lama. Cuma dengan orang ini aku sedikit ga percaya kenapa dia bisa mnyukaiku (klo aku ga ke-GR-an). Coz dulu dia termasuk cowok paling cakep di kelasku. Hehehe dia kakak angkatanku setahun lebih tua. Dan sekarang aku sama sekali dah ga tau kabarnya gimana. Paling klo ktemu cuma senyum2 aja. Malu inget yang dulu2.
Kadang2 aku suka takut jatuh cinta lagi. Takut terluka lagi. Takut klo kali ini ternyata juga bukan. Tapi cinta memang tak pernah salah. Datang tanpa pernah kita sadari, tahu2 kita sudah terjebak di dalamnya. Tadinya aku juga tidak tahu klo aku sudah kembali menyukai seseorang lagi. Jujur karena dialah aku bisa kembali tertawa dan bersemangat. Dan tanpa sadar dia juga yang membantuku memiliki kepercayaan untuk memulai sesuatu yang baru. Tapi aku memang ga yakin dengan apa yang kurasakan. Yang aku tahu aku sedih waktu dia pergi. Aku juga suka sedih klo ingat dia n bahkan dia menghantui sampai ke mimpi2ku.
Aku tahu aku perlu jawaban dari semua ini. Akhirnya kuberanikan diri untuk menulis ke dia dan akhirnya aku tahu lewat tulisan2nya bahwa sudah ada seseorang yang lebih berhak mengkhawatirkannya.
Menyedihkan, tapi kurasa ini yang terbaik. Aku jadi tahu aku memang tidak perlu menunggunya, dia memang tidak mau aku menunggunya. Kadang aku merasa begitu bodoh, apa yang kupikirkan tentang dia selama ini ternyata salah. Tapi aku sudah lega, tak lagi ada beban. Yang aku ingin tahu aku sudah tahu jawabannya. Mungkin memang lebih baik seperti ini. Terlalu banyak hal yang tak kumengerti dari dia. Aku hanya berharap semoga dia bisa meraih kesuksesan seperti yang dicita-citakannya dan bahagia berada di tengah2 orang2 yang mengasihinya.
Waktu berlalu begitu cepat. Aku menikmati hidupku dan sudah cukup bahagia dengan apa yang ada padaku sekarang ini. Ingat umur? Selalu saja diingatkan itu. Dan begitu banyak yang mendorongku untuk ‘mencoba’.
Mencoba, mungkin gampang diucapkan tapi terlalu sulit buat kulakukan. Sulit buatku untuk berpura-pura suka atau interest dengan sesuatu. Rasanya sungguh menyakitkan menjalani sesuatu yang kita tahu itu bukan yang kita inginkan. Aku takut memberi harapan palsu yang nantinya hanya akan menoreh luka yang dalam. Lebih baik tidak daripada memberi harapan sia2.
Dan bukannya aku tidak mau mencoba membuka lembaran baru. Aku mau. Dan ketika akhirnya aku mau mencoba mendekatkan diri pada seseorang. Aku sudah memantapkan hatiku, klo benar memang dia, apapun yang terjadi nanti, meskipun aku harus meninggalkan kota ini sekalipun, aku mau. Ternyata yang terjadi kemudian jauh di luar perkiraanku. Mungkin kata Tuhan, ‘bukan dia’. Tahu2 saja jarak yang jauh jadi terasa lebih jauh n benar2 sudah menjauh. Huehuehue.
Mungkin Tuhan mengabulkan doa2ku dengan cara-Nya yang ga bisa kumengerti. 'Jika memang dia tolong dekatkan, tapi jika bukan tolong jauhkan.’
Sekarang.
Sekarang ini jika ditanya, ‘Siapa yang kausuka?’. Jawabanku, ‘Tidak tahu’. Karena benar aku tidak tahu.
Kujalani aja apa yang sedang kujalani sekarang. Tanpa beban. Let it flow.
Life is beautiful. Go with the flow. And as my friend ever told me, ‘love will find a way.’
Berarti yang kemarin2 bukan ‘love’-ku karena ‘never find a way.’
Ya... yang berlalu biarlah berlalu. Tetaplah optimis. Ini berlaku juga buat sahabat2ku yang kupaksa baca tulisan ga pentingku ini.
Believe......
Love will find a way........... ^_^
Benar begitu?
Aku tidak terlalu sependapat. ‘never be forgotten’ mungkin iya. Tidak lupa ga boleh disamakan arti dengan masih cinta. Melupakan itu bukan perkara yang gampang. Bagaimanapun seseorang itu pernah mengisi hari2 kita, membuat kita selalu bersemangat menunggu esok menjelang. Seseorang itu juga yang mungkin tanpa pernah disadarinya membuat kita begitu terluka dan sedih berkepanjangan.
Dan untuk menghapus rasa cinta itu butuh waktu yang amat panjang.
Tadinya kupikir aku juga ga akan pernah bisa melupakan cinta pertamaku. Tapi ternyata tidak juga. Setelah bertahun-tahun, akhirnya bisa juga. Itupun setelah kuberanikan diri menulis ke dia klo dulu aku pernah begitu menyukainya. Kasih tak sampai. Huehuehue...
Aku tak menyesal pernah menyukainya, bagaimanapun dia pernah membuat hari2ku begitu berwarna.
Akhirnya aku tahu, sebenarnya aku dulu tidak bertepuk sebelah tangan. Dulu pun aku bisa merasakannya biarpun tidak yakin. Dan aku tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi. Ini semua bagian dari rencana-Nya. Ya, dia orang yang baik tapi bukan orang yang tepat untukku. Tidak baik bila memaksakan diri untuk bersama.
First love.
Belum tentu ‘first love’ kita orang yang pertama kali kita sukai. Aku mulai menyukai seseorang waktu kelas 5 SD. Tapi jelas dia bukan ‘first love’-ku. Kelas 5 SD? Terlalu dinikah? Hehehehe. Yah cinta cinta monyet lah. Belakangan setelah SMP hampir lulus dia tanya kenapa dulu aku menolaknya. Padahal dulu dia sama sekali belum pernah bilang suka. Cuma dengar dari teman2ku saja. Sedangkan sebuah pernyataan langsung itu buatku amat penting. Akhirnya aku mengaku saja klo dulu pernah menyukainya. Hahahaha.... Jadilah kita saling menertawakan. Tapi lega sudah jujur.
Ketika akhirnya aku mulai bisa membuka hatiku pada seseorang, ternyata aku kembali dijauhkan. Dan aku sendiri tidak tahu mengapa? Kadang2 aku berpikir kenapa cowok suka ga mau kalah dari cewek. Bukan salahku klo nilaiku jauh lebih baik dari dia. Salahnya sendiri dapat nilai lebih buruk dari aku. Ga mau belajar sih... xixi. Paling ga aku tahu hal ini sedikit memacu belajarnya. Waktu kulihat nilai2nya di semester berikut sudah jauh lebih baik, aku merasa sedikit lebih lega n mengurangi rasa bersalahku.
Sempat sedih waktu kelulusanku yang 1 semester lebih awal darinya menyadarkanku bahwa aku memang tak mungkin sama2 dia. Tapi ini ga berlangsung lama. Cuma dengan orang ini aku sedikit ga percaya kenapa dia bisa mnyukaiku (klo aku ga ke-GR-an). Coz dulu dia termasuk cowok paling cakep di kelasku. Hehehe dia kakak angkatanku setahun lebih tua. Dan sekarang aku sama sekali dah ga tau kabarnya gimana. Paling klo ktemu cuma senyum2 aja. Malu inget yang dulu2.
Kadang2 aku suka takut jatuh cinta lagi. Takut terluka lagi. Takut klo kali ini ternyata juga bukan. Tapi cinta memang tak pernah salah. Datang tanpa pernah kita sadari, tahu2 kita sudah terjebak di dalamnya. Tadinya aku juga tidak tahu klo aku sudah kembali menyukai seseorang lagi. Jujur karena dialah aku bisa kembali tertawa dan bersemangat. Dan tanpa sadar dia juga yang membantuku memiliki kepercayaan untuk memulai sesuatu yang baru. Tapi aku memang ga yakin dengan apa yang kurasakan. Yang aku tahu aku sedih waktu dia pergi. Aku juga suka sedih klo ingat dia n bahkan dia menghantui sampai ke mimpi2ku.
Aku tahu aku perlu jawaban dari semua ini. Akhirnya kuberanikan diri untuk menulis ke dia dan akhirnya aku tahu lewat tulisan2nya bahwa sudah ada seseorang yang lebih berhak mengkhawatirkannya.
Menyedihkan, tapi kurasa ini yang terbaik. Aku jadi tahu aku memang tidak perlu menunggunya, dia memang tidak mau aku menunggunya. Kadang aku merasa begitu bodoh, apa yang kupikirkan tentang dia selama ini ternyata salah. Tapi aku sudah lega, tak lagi ada beban. Yang aku ingin tahu aku sudah tahu jawabannya. Mungkin memang lebih baik seperti ini. Terlalu banyak hal yang tak kumengerti dari dia. Aku hanya berharap semoga dia bisa meraih kesuksesan seperti yang dicita-citakannya dan bahagia berada di tengah2 orang2 yang mengasihinya.
Waktu berlalu begitu cepat. Aku menikmati hidupku dan sudah cukup bahagia dengan apa yang ada padaku sekarang ini. Ingat umur? Selalu saja diingatkan itu. Dan begitu banyak yang mendorongku untuk ‘mencoba’.
Mencoba, mungkin gampang diucapkan tapi terlalu sulit buat kulakukan. Sulit buatku untuk berpura-pura suka atau interest dengan sesuatu. Rasanya sungguh menyakitkan menjalani sesuatu yang kita tahu itu bukan yang kita inginkan. Aku takut memberi harapan palsu yang nantinya hanya akan menoreh luka yang dalam. Lebih baik tidak daripada memberi harapan sia2.
Dan bukannya aku tidak mau mencoba membuka lembaran baru. Aku mau. Dan ketika akhirnya aku mau mencoba mendekatkan diri pada seseorang. Aku sudah memantapkan hatiku, klo benar memang dia, apapun yang terjadi nanti, meskipun aku harus meninggalkan kota ini sekalipun, aku mau. Ternyata yang terjadi kemudian jauh di luar perkiraanku. Mungkin kata Tuhan, ‘bukan dia’. Tahu2 saja jarak yang jauh jadi terasa lebih jauh n benar2 sudah menjauh. Huehuehue.
Mungkin Tuhan mengabulkan doa2ku dengan cara-Nya yang ga bisa kumengerti. 'Jika memang dia tolong dekatkan, tapi jika bukan tolong jauhkan.’
Sekarang.
Sekarang ini jika ditanya, ‘Siapa yang kausuka?’. Jawabanku, ‘Tidak tahu’. Karena benar aku tidak tahu.
Kujalani aja apa yang sedang kujalani sekarang. Tanpa beban. Let it flow.
Life is beautiful. Go with the flow. And as my friend ever told me, ‘love will find a way.’
Berarti yang kemarin2 bukan ‘love’-ku karena ‘never find a way.’
Ya... yang berlalu biarlah berlalu. Tetaplah optimis. Ini berlaku juga buat sahabat2ku yang kupaksa baca tulisan ga pentingku ini.
Believe......
Love will find a way........... ^_^
Monday, December 6, 2010
SUKSES
Ibuku pernah bilang, sukses itu mahal harganya. Jika mau sukses, memang ada yang harus dikorbankan.
Sedangkan sukses itu seperti apa?
Berlimpah materi, punya jabatan tinggi, terkenal, banyak fans, menjadi panutan banyak orang?
Yah, tidak bisa disangkal, ukuran sukses bagi kebanyakan orang memang hal2 tersebut di atas.
Sedangkan arti sukses buatku?
Ga bisa kupungkiri, materi itu memang perlu. Begitu banyak keinginan n mimpi yang hanya bisa diwujudkan jika keadaan materi memungkinkan. Meskipun aku tahu materi itu bukan segalanya, tapi materi itu juga perlu untuk kelangsungan hidup kita.
Apakah sekarang ini aku sudah sukses?
Sukses atau tidak itu relatif tergantung bagaimana seseorang melihat dari sudut pandang mana.
Aku mpe sekarang juga belum pernah mengatakan pada diri sendiri sekali pun klo aku sekarang sudah sukses. Masih begitu banyak hal yang ingin kuraih. Masih begitu banyak impian yang belum terwujud.
Tapi aku sudah merasa cukup bahagia dengan apa yang kujalani sekarang ini meskipun ga munafik, rasa jenuh dan menyedihkan itu kadang2 juga menghampiri.
Ada beberapa orang yang mempertanyakan keeksisanku di sini? Kalau mau ‘moving’ mungkin aku bisa ‘sukses’ dan tidak lagi direpotkan oleh banyak hal yang memang benar mpe sekarang membebaniku.
Aku sudah merasa nyaman di sini. Meskipun aku tahu kadang2 cukup berat tapi mpe sekarang aku bisa menjalani hari2ku dengan baik. Mpe sekarang aku bisa tetap eksis. Ya aku tahu, Dia terus memeliharaku. Dia selalu menyediakan apa yang kubutuhkan.
Aku merasa bahagia berada di tengah2 mereka yang begitu peduli dan mau saling berbagi bersamaku.
Rasanya sungguh tidak rela jika harus menukar semua ini dengan sebuah kehidupan yang mungkin dari luar orang melihat jauh lebih menjanjikan. Tapi belum tentu orang lain tahu bukan, apakah di dalam hatiku aku menikmatinya, apakah aku merasa nyaman dengan semua yang kumiliki.
Impianku hanyalah bisa hidup dengan tenang dan damai di tempat yang tenang tanpa harus dikejar-kejar waktu dan banyak tanggung jawab. Berada di tengah2 orang2 yang peduli dan mengasihiku. Berada di tempat yang hangat dan mau menghargai kehadiranku.
Ya aku juga pengin punya keluargaku sendiri. Punya seseorang yang bisa menjadi tempatku bersandar. Seseorang yang bisa kupercaya dan mempercayaiku. Seseorang yang membuatku merasa yakin bahwa memang dia, bahwa aku memang benar2 ingin berada di sampingnya. Dan memiliki jagoan dan gadis kecil untuk melengkapi kebahagiaan kami.
Tinggal di rumah kecil tapi asri dengan halaman yang cukup luas untuk berlarian bercengkerama tiap sore.
Dengan kolam ikan dan kebun di belakang rumah yang bisa dimanfaatkan hasilnya untuk konsumsi sehari-hari.
Hehehe... itulah sukses menurutku.
Hidup dengan tenang dan damai bersama orang2 terkasih.
Nice............... ^_^
Sedangkan sukses itu seperti apa?
Berlimpah materi, punya jabatan tinggi, terkenal, banyak fans, menjadi panutan banyak orang?
Yah, tidak bisa disangkal, ukuran sukses bagi kebanyakan orang memang hal2 tersebut di atas.
Sedangkan arti sukses buatku?
Ga bisa kupungkiri, materi itu memang perlu. Begitu banyak keinginan n mimpi yang hanya bisa diwujudkan jika keadaan materi memungkinkan. Meskipun aku tahu materi itu bukan segalanya, tapi materi itu juga perlu untuk kelangsungan hidup kita.
Apakah sekarang ini aku sudah sukses?
Sukses atau tidak itu relatif tergantung bagaimana seseorang melihat dari sudut pandang mana.
Aku mpe sekarang juga belum pernah mengatakan pada diri sendiri sekali pun klo aku sekarang sudah sukses. Masih begitu banyak hal yang ingin kuraih. Masih begitu banyak impian yang belum terwujud.
Tapi aku sudah merasa cukup bahagia dengan apa yang kujalani sekarang ini meskipun ga munafik, rasa jenuh dan menyedihkan itu kadang2 juga menghampiri.
Ada beberapa orang yang mempertanyakan keeksisanku di sini? Kalau mau ‘moving’ mungkin aku bisa ‘sukses’ dan tidak lagi direpotkan oleh banyak hal yang memang benar mpe sekarang membebaniku.
Aku sudah merasa nyaman di sini. Meskipun aku tahu kadang2 cukup berat tapi mpe sekarang aku bisa menjalani hari2ku dengan baik. Mpe sekarang aku bisa tetap eksis. Ya aku tahu, Dia terus memeliharaku. Dia selalu menyediakan apa yang kubutuhkan.
Aku merasa bahagia berada di tengah2 mereka yang begitu peduli dan mau saling berbagi bersamaku.
Rasanya sungguh tidak rela jika harus menukar semua ini dengan sebuah kehidupan yang mungkin dari luar orang melihat jauh lebih menjanjikan. Tapi belum tentu orang lain tahu bukan, apakah di dalam hatiku aku menikmatinya, apakah aku merasa nyaman dengan semua yang kumiliki.
Impianku hanyalah bisa hidup dengan tenang dan damai di tempat yang tenang tanpa harus dikejar-kejar waktu dan banyak tanggung jawab. Berada di tengah2 orang2 yang peduli dan mengasihiku. Berada di tempat yang hangat dan mau menghargai kehadiranku.
Ya aku juga pengin punya keluargaku sendiri. Punya seseorang yang bisa menjadi tempatku bersandar. Seseorang yang bisa kupercaya dan mempercayaiku. Seseorang yang membuatku merasa yakin bahwa memang dia, bahwa aku memang benar2 ingin berada di sampingnya. Dan memiliki jagoan dan gadis kecil untuk melengkapi kebahagiaan kami.
Tinggal di rumah kecil tapi asri dengan halaman yang cukup luas untuk berlarian bercengkerama tiap sore.
Dengan kolam ikan dan kebun di belakang rumah yang bisa dimanfaatkan hasilnya untuk konsumsi sehari-hari.
Hehehe... itulah sukses menurutku.
Hidup dengan tenang dan damai bersama orang2 terkasih.
Nice............... ^_^
Saturday, November 27, 2010
I’m OK
I’m OK. nothing bad happened to me.
but why so many worried about me. not sure even if all came out all right. It’s really making me getting bad.
I’m OK. I’m happy enough. Believe in me.
So many friends beside me. laughing and spending time together. doing awkward and excessive thing.
And now so much I must handle. No rest time to think something could throw me in sorrow.
Actually many things so hard for me to understand, to absorb. out of my mind, out of my plans.
Something that too difficult for me to solved by my self.
But I know, slowly and for sure there will be a way for me.
One thing I aware, I must be careful to step forward in order to prevent me blame something.
‘Your plans is not My plans.’
Let Him lead me.
but why so many worried about me. not sure even if all came out all right. It’s really making me getting bad.
I’m OK. I’m happy enough. Believe in me.
So many friends beside me. laughing and spending time together. doing awkward and excessive thing.
And now so much I must handle. No rest time to think something could throw me in sorrow.
Actually many things so hard for me to understand, to absorb. out of my mind, out of my plans.
Something that too difficult for me to solved by my self.
But I know, slowly and for sure there will be a way for me.
One thing I aware, I must be careful to step forward in order to prevent me blame something.
‘Your plans is not My plans.’
Let Him lead me.
Wednesday, November 24, 2010
YEAAAAAH!!!!!!!!!!!!!!!!
Sunday, October 24, 2010
Finally all have been done. not perfect but I think it’s enough for us. an unforgettable moment. a big experience despite I feel so tired and I don’t know when everything will back to normal.
My timetable totally changed. I have no time anymore to have fun with my buddies. My room was in disarray. My sleeping time became so short. waking up so late over and over as a consequence.
So much I must to do. My routine tasks were postponed by necessity. All things were in a mess. Hohoho.... it’s really making me getting stress. I miss extra days off to take a relaxation for a while.
But one thing gives me a new spirit, a new hope. I know I still have a chance. Laugh and then conclude by my self ‘how crazy I am’ but I like it. A new experience with and I know there will be de next chance to work together anymore.
I realized that I surely was frightened by something not clear. something that too fear to be seen, to be heard. But now I think all is over. I could pass it by very well and found that my fears were not reasonable. I must face it and I know nothing bad will happened to me. I’m OK even though I’m getting pain for a while. It’s about past. I believe I have a future with a wonderful life on there.
Ready to go ahead.
Yeaaaah..... 2011. I believe it will be better and better.
Finally all have been done. not perfect but I think it’s enough for us. an unforgettable moment. a big experience despite I feel so tired and I don’t know when everything will back to normal.
My timetable totally changed. I have no time anymore to have fun with my buddies. My room was in disarray. My sleeping time became so short. waking up so late over and over as a consequence.
So much I must to do. My routine tasks were postponed by necessity. All things were in a mess. Hohoho.... it’s really making me getting stress. I miss extra days off to take a relaxation for a while.
But one thing gives me a new spirit, a new hope. I know I still have a chance. Laugh and then conclude by my self ‘how crazy I am’ but I like it. A new experience with and I know there will be de next chance to work together anymore.
I realized that I surely was frightened by something not clear. something that too fear to be seen, to be heard. But now I think all is over. I could pass it by very well and found that my fears were not reasonable. I must face it and I know nothing bad will happened to me. I’m OK even though I’m getting pain for a while. It’s about past. I believe I have a future with a wonderful life on there.
Ready to go ahead.
Yeaaaah..... 2011. I believe it will be better and better.
Monday, November 1, 2010
GOA PAYAMAN, MENELUSURI JEJAK MASA KECILKU.....
Tuesday, September 17 & October 31, 2010
Goa Payaman merupakan tempat hiking terdekat n favorit di daerahku. Favorit? Kenapa?
Menjadi tempat hiking favorit hanya di saat musim buah duwet saja. Buah kecil2 berwarna hitam yang tumbuh liar di sana. Menjadi buruan anak2 muda yang lagi pengin refreshing murah meriah.
Goa Payaman ini terletak di bukit yang memanjang di dekat rumahku. Dari rumahku pun terlihat begitu jelas karena memang letaknya dekat sekali, tinggal berjalan sekitar 100m hanya dibatasi oleh sebuah sungai. Sejak kecil aku sudah amat hafal dengan goa itu berikut cerita2 yang berkembang. Konon kata dulu pernah menjadi tempat persembunyian Pangeran Diponegoro semasa perang gerilya. Goa ini ga terlalu luas. Boleh dibilang kecil. Tapi paling tidak lumayanlah buat tempat berlindung bagi 10-15 orang waktu hujan.
Mendaki puluhan anak tangga yang lumayan bikin ngos2an
Jalan menuju goa yang didominasi oleh batu cadas.
Jalan alternatif yang bisa dilalui kendaraan bermotor.
Menurut cerita yang diwariskan turun-temurun yang sampai sekarang aku belum pernah membuktikan kebenarannya, katanya goa Payaman sebenarnya ada dua, goa lanang dan goa wedhok (goa cowok dan goa cewek).Goa wedhok merupakan goa yang biasa kita datangi. Goa lanang aku tidak tahu tempatnya di mana tapi katanya memang tidak boleh dimasuki coz berbahaya. Goanya tidak setinggi goa wedhok tapi katanya goa ini amat dalam dan bercabang-cabang, tembus mpe Laut Selatan. Sengaja ditutup karena sangat berbahaya.
Goa Payaman
Sekarang2 ini, goa Payaman sedang dalam proses dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata. Apalagi untuk mencapai tempat ini, harus melewati talang, semacam jembatan gantung peninggalan Belanda yang umurnya sudah puluhan tahun atau bahkan dah mencapai seratus tahun, aku tidak tahu persisnya.
Jembatan ini disebut ‘talang’ karena memang sekaligus sebagai saluran air, sarana irigasi bagi lahan pertanian di seberang bukit yang membutuhkan pengairan.
Seperti peninggalan2 Belanda lainnya yang tak diragukan kualitasnya, jembatan ini masih tampak kokoh mpe sekarang. Jembatan ini menghubungkan daerahku dengan bukit di seberang sungai yang memang sungainya sangat dalam dan curam dengan banyak batu2 besar dengan aliran air yang deras. Jika kita melewati jembatan ini, kita akan meniti dack2 kayu yang dibawahnya ada aliran air, jadi semacam parit yang menyeberangi sungai. Great idea!
Talang
Tak melewatkan untuk sejenak berfoto.... ^_^
Dulu waktu kecil, aku suka rada takut jika harus melewati jembatan ini. Rasanya tinggi banget. Klo jalan jembatan serasa bergoyang-goyang dengan bunyi derak kayu yang terdengar begitu kentara. Sungguh spoky klo malam sudah menjelang, apalagi tempat ini belum ada penerangan sama sekali.
Liburan Lebaran kemarin, aku menyempatkan diri melongok sejenak jejak masa kecilku ini. Jembatan yang tadinya begitu tinggi, sekarang jadi tidak tinggi lagi, kepalaku hampir sundul (menyentuh bagian atas jembatan). Masih terasa serem. Apalagi aku nekad ke sana menjelang maghrib. Untunglah ada 2 teman yang bersedia menemaniku yang tidak tahu seputar cerita2 mistik yang beredar di sana dan baru kuceritakan setelah kita mpe rumah dengan selamat. Hihihihi......
Langit mulai memerah. Saatnya pulang....
Benar seperti yang kubaca beberapa bulan lalu di internet. Bukit ini sekarang tampak lebih hijau, berkat perjuangan seorang Bapak (Bapak Bardi) yang berhasil menghijaukan kawasan ini dan memperoleh penghargaan kalpataru. Dulu dari bukit ini bisa dengan leluasa memandang lepas ke bawah, ke hamparan sawah2 dan pemukiman penduduk nun jauh di sana sambil menikmati sunset. Sekarang tidak bisa seperti dulu. Pandangan tertutup oleh pohon2 yang semakin banyak. Cuma aku jadi sedikit berandai-andai. Andai penghijauan ini dengan menanam banyak pohon duwet, beraneka varietas duwet, seperti duwet genthong, duwet kerikil, duwet putih, pasti akan seru. Wisata Payaman identik dengan wisata duwet. Hehe pasti seru.
Sekarang semua didominasi oleh hijau dan hijau.
Harus rela kehilangan kesempatan menikmati sunset.
Jadi inget, dulu waktu kecil aku sering mendaki bukit ini. Bukan ke goa Payaman-nya, tapi aku lebih sering mencari duwet n rempeni. Ini kulakukan bersama teman2 mainku yang dulu kebanyakan cowok. Menyeberang sungai rame2, mencari buah duwet jika sedang musim buah duwet. Di sepanjang jalan yang dilewati, kita tak lupa sambil mencari janur n then menganyamnya menjadi ketupat untuk wadah duwet kita. Makan duwet langsung di tempat, biarpun rasanya sepet, tapi sungguh menyenangkan. Jika sudah puas makan di tempat alias nangkring di atas pohon, kita lanjut mengisi ketupat penuh2 dengan duwet n then go home. Duwet dimakan di rumah dengan dilumuri garam biar lebih manis. Alhasil gigi n lidah kita akan jadi biru ungu semua. Huehuehuehue......
Mpe sekarang aku juga ga tahu, sebenarnya yang dulu kita lalukan ini mencari atau mencuri ya coz aku juga tidak yakin benar apa memang duwet2 ini tumbuh liar atau ada yang menanam. Masih kuingat dengan jelas, dulu tiap kita mencari duwet, kita juga merasa tidak tenang. Jika terlihat ada orang datang, kita segera lari. ‘Sing duwe teka! Sing duwe teka!’ (‘Yang punya datang! Yang punya datang!’). Terkadang kita mpe jatuh coz saat lari tersandung batu. Xixixxixi seruuuu.......
Buah rempeni.
Rempeni ini dulu bisa didapatkan di area seberang sungai, di bukit bagian bawah. Rempeni ini kita gunakan untuk maen bedil2an alias tembak2an sebagai ganti peluru. Rempeni kita masukkan ke dalam sebatang bambu kecil yang sudah dihilangkan ruas2 dalamnya kemudian kita dorong dengan sebatang kayu. Huwwwffhh klo mpe kena bidikannya, rasanya sakit pluz harus siap2 basah kena getah rempeni. Baunya wangi. Tapi tergantung juga yang membidik siapa. Klo aku yang membidik, klo kena rasanya mungkin cuma kaya dikitik-kitik coz aku tidak punya tenaga cukup kuat seperti anak2 cowok. Klo anak2 cowok yang membidik, aku lebih memilih ngumpet di sela2 batang pohon. Klo kena, kulit bakal memerah mpe lama. Rasanya pedas, perih. Huwwwwfhhh....
Terkadang dulu aku suka ikut omku yang memang hobi naik turun bukit. Hiking bersama Jenggo anjing kesayangan kami yang penurut. Selalu ikut ke mana pun omku pergi. Tidak peduli jika harus menyeberang sungai sekalipun. Ya Jenggo tidak takut air. Dia pintar menyeberang sungai.
Berangkat dari rumah sekitar jam 4-5 sore. Berjalan beriringan sekitar 4-5 orang diikuti paling belakang oleh Jenggo. Perjalanan yang panjang. Cape, peluh bercucuran. Tidak tahu sebenarnya ke mana omku ini ingin pergi. Terus saja mengikuti langkahnya tanpa berani bertanya sebenarnya mau ke mana. Jangan harap klo pergi ma omku kita akan mencari buah duwet. Tidak. Sekali pun aku belum pernah diajak omku ini berburu duwet.
Akhirnya ketika langit di ufuk barat mulai kemerahan, sampailah kita di puncak bukit sebelah utara. Barulah omku berhenti. Di sebuah kuburan. Ngapain pake acara berhenti di kuburan. Hiiiiii....... sereeemmm.....
Sebenarnya aku takut. Kenapa musti berlama-lama di sini. Tapi belakangan aku tahu. Pemandangan di bawah bagus banget. Tak ada sesuatu pun yang menghalangi pandangan kita. Sawah terhampar menghijau dengan pemukiman penduduk tampak di sana sini. Jalan raya Jogja-Wates dengan truk2 dan bus2 besar yang sedang melintas pun terlihat di kejauhan. Tangan kita tak henti2 menunjuk ke kejauhan. Itu Pertamina Rewulu.... Itu Universitas Wangsa Manggala.... Itu kantor Polisi.... Itu rel kereta. Eh ada kereta lewat. Ya akhirnya kita mulai bisa menikmati puncak perjalanan kita dan berangsur-angsur rasa takut menghilang.
Omku mengambil sebuah batu dan menunjukkan padaku. ‘Ini batu bintang.’ Baru tahu. Bongkahan batu2 kecil berwarna putih yang jika saling digosokkan akan tampak berkilauan. Yeaaah..... akhirnya pulang dengan mengantongi beberapa bongkah batu bintang.
Tak berapa lama pemukiman di bawah sudah mulai menyalakan lampunya. Terlihat kerlap-kerlip di bawah sana. Ya, sudah saatnya pulang. Merinding kembali menyergap. Yang terdengar suara2 binatang malam yang saling bersahut-sahutan memperdengarkan suaranya. Bener2 serem. Apalagi di bukit itu sama sekali belum ada penerangan.
Menuruni bukit pelan2 dengan diterangi cahaya senter. Berjalan ke arah perumahan di bawah bukit yang sudah ada penerangan listrik.
Yaaaaaa...... masa2 menyenangkan yang dulu pernah kulewati. Yang aku tidak tahu apakah bisa kualami lagi.
Paling tidak aku pernah punya pengalaman masa kecil yang demikian menyenangkan.
Yayaya...... masa2 yang tidak akan pernah bisa kulupakan.....
*****
Sedikit pengin berbagi kisah Bapak Bardi setelah memperoleh penghargaan kalpataru, Beliau tetap gigih berjuang tanpa pamrih sebagai pahlawan lingkungan hidup. Salut dengan Bapak satu ini. Berikut kisahnya....
Goa Payaman merupakan tempat hiking terdekat n favorit di daerahku. Favorit? Kenapa?
Menjadi tempat hiking favorit hanya di saat musim buah duwet saja. Buah kecil2 berwarna hitam yang tumbuh liar di sana. Menjadi buruan anak2 muda yang lagi pengin refreshing murah meriah.
Goa Payaman ini terletak di bukit yang memanjang di dekat rumahku. Dari rumahku pun terlihat begitu jelas karena memang letaknya dekat sekali, tinggal berjalan sekitar 100m hanya dibatasi oleh sebuah sungai. Sejak kecil aku sudah amat hafal dengan goa itu berikut cerita2 yang berkembang. Konon kata dulu pernah menjadi tempat persembunyian Pangeran Diponegoro semasa perang gerilya. Goa ini ga terlalu luas. Boleh dibilang kecil. Tapi paling tidak lumayanlah buat tempat berlindung bagi 10-15 orang waktu hujan.
Mendaki puluhan anak tangga yang lumayan bikin ngos2an
Jalan menuju goa yang didominasi oleh batu cadas.
Jalan alternatif yang bisa dilalui kendaraan bermotor.
Menurut cerita yang diwariskan turun-temurun yang sampai sekarang aku belum pernah membuktikan kebenarannya, katanya goa Payaman sebenarnya ada dua, goa lanang dan goa wedhok (goa cowok dan goa cewek).Goa wedhok merupakan goa yang biasa kita datangi. Goa lanang aku tidak tahu tempatnya di mana tapi katanya memang tidak boleh dimasuki coz berbahaya. Goanya tidak setinggi goa wedhok tapi katanya goa ini amat dalam dan bercabang-cabang, tembus mpe Laut Selatan. Sengaja ditutup karena sangat berbahaya.
Goa Payaman
Sekarang2 ini, goa Payaman sedang dalam proses dikembangkan menjadi salah satu obyek wisata. Apalagi untuk mencapai tempat ini, harus melewati talang, semacam jembatan gantung peninggalan Belanda yang umurnya sudah puluhan tahun atau bahkan dah mencapai seratus tahun, aku tidak tahu persisnya.
Jembatan ini disebut ‘talang’ karena memang sekaligus sebagai saluran air, sarana irigasi bagi lahan pertanian di seberang bukit yang membutuhkan pengairan.
Seperti peninggalan2 Belanda lainnya yang tak diragukan kualitasnya, jembatan ini masih tampak kokoh mpe sekarang. Jembatan ini menghubungkan daerahku dengan bukit di seberang sungai yang memang sungainya sangat dalam dan curam dengan banyak batu2 besar dengan aliran air yang deras. Jika kita melewati jembatan ini, kita akan meniti dack2 kayu yang dibawahnya ada aliran air, jadi semacam parit yang menyeberangi sungai. Great idea!
Talang
Tak melewatkan untuk sejenak berfoto.... ^_^
Dulu waktu kecil, aku suka rada takut jika harus melewati jembatan ini. Rasanya tinggi banget. Klo jalan jembatan serasa bergoyang-goyang dengan bunyi derak kayu yang terdengar begitu kentara. Sungguh spoky klo malam sudah menjelang, apalagi tempat ini belum ada penerangan sama sekali.
Liburan Lebaran kemarin, aku menyempatkan diri melongok sejenak jejak masa kecilku ini. Jembatan yang tadinya begitu tinggi, sekarang jadi tidak tinggi lagi, kepalaku hampir sundul (menyentuh bagian atas jembatan). Masih terasa serem. Apalagi aku nekad ke sana menjelang maghrib. Untunglah ada 2 teman yang bersedia menemaniku yang tidak tahu seputar cerita2 mistik yang beredar di sana dan baru kuceritakan setelah kita mpe rumah dengan selamat. Hihihihi......
Langit mulai memerah. Saatnya pulang....
Benar seperti yang kubaca beberapa bulan lalu di internet. Bukit ini sekarang tampak lebih hijau, berkat perjuangan seorang Bapak (Bapak Bardi) yang berhasil menghijaukan kawasan ini dan memperoleh penghargaan kalpataru. Dulu dari bukit ini bisa dengan leluasa memandang lepas ke bawah, ke hamparan sawah2 dan pemukiman penduduk nun jauh di sana sambil menikmati sunset. Sekarang tidak bisa seperti dulu. Pandangan tertutup oleh pohon2 yang semakin banyak. Cuma aku jadi sedikit berandai-andai. Andai penghijauan ini dengan menanam banyak pohon duwet, beraneka varietas duwet, seperti duwet genthong, duwet kerikil, duwet putih, pasti akan seru. Wisata Payaman identik dengan wisata duwet. Hehe pasti seru.
Sekarang semua didominasi oleh hijau dan hijau.
Harus rela kehilangan kesempatan menikmati sunset.
Jadi inget, dulu waktu kecil aku sering mendaki bukit ini. Bukan ke goa Payaman-nya, tapi aku lebih sering mencari duwet n rempeni. Ini kulakukan bersama teman2 mainku yang dulu kebanyakan cowok. Menyeberang sungai rame2, mencari buah duwet jika sedang musim buah duwet. Di sepanjang jalan yang dilewati, kita tak lupa sambil mencari janur n then menganyamnya menjadi ketupat untuk wadah duwet kita. Makan duwet langsung di tempat, biarpun rasanya sepet, tapi sungguh menyenangkan. Jika sudah puas makan di tempat alias nangkring di atas pohon, kita lanjut mengisi ketupat penuh2 dengan duwet n then go home. Duwet dimakan di rumah dengan dilumuri garam biar lebih manis. Alhasil gigi n lidah kita akan jadi biru ungu semua. Huehuehuehue......
Mpe sekarang aku juga ga tahu, sebenarnya yang dulu kita lalukan ini mencari atau mencuri ya coz aku juga tidak yakin benar apa memang duwet2 ini tumbuh liar atau ada yang menanam. Masih kuingat dengan jelas, dulu tiap kita mencari duwet, kita juga merasa tidak tenang. Jika terlihat ada orang datang, kita segera lari. ‘Sing duwe teka! Sing duwe teka!’ (‘Yang punya datang! Yang punya datang!’). Terkadang kita mpe jatuh coz saat lari tersandung batu. Xixixxixi seruuuu.......
Buah rempeni.
Rempeni ini dulu bisa didapatkan di area seberang sungai, di bukit bagian bawah. Rempeni ini kita gunakan untuk maen bedil2an alias tembak2an sebagai ganti peluru. Rempeni kita masukkan ke dalam sebatang bambu kecil yang sudah dihilangkan ruas2 dalamnya kemudian kita dorong dengan sebatang kayu. Huwwwffhh klo mpe kena bidikannya, rasanya sakit pluz harus siap2 basah kena getah rempeni. Baunya wangi. Tapi tergantung juga yang membidik siapa. Klo aku yang membidik, klo kena rasanya mungkin cuma kaya dikitik-kitik coz aku tidak punya tenaga cukup kuat seperti anak2 cowok. Klo anak2 cowok yang membidik, aku lebih memilih ngumpet di sela2 batang pohon. Klo kena, kulit bakal memerah mpe lama. Rasanya pedas, perih. Huwwwwfhhh....
Terkadang dulu aku suka ikut omku yang memang hobi naik turun bukit. Hiking bersama Jenggo anjing kesayangan kami yang penurut. Selalu ikut ke mana pun omku pergi. Tidak peduli jika harus menyeberang sungai sekalipun. Ya Jenggo tidak takut air. Dia pintar menyeberang sungai.
Berangkat dari rumah sekitar jam 4-5 sore. Berjalan beriringan sekitar 4-5 orang diikuti paling belakang oleh Jenggo. Perjalanan yang panjang. Cape, peluh bercucuran. Tidak tahu sebenarnya ke mana omku ini ingin pergi. Terus saja mengikuti langkahnya tanpa berani bertanya sebenarnya mau ke mana. Jangan harap klo pergi ma omku kita akan mencari buah duwet. Tidak. Sekali pun aku belum pernah diajak omku ini berburu duwet.
Akhirnya ketika langit di ufuk barat mulai kemerahan, sampailah kita di puncak bukit sebelah utara. Barulah omku berhenti. Di sebuah kuburan. Ngapain pake acara berhenti di kuburan. Hiiiiii....... sereeemmm.....
Sebenarnya aku takut. Kenapa musti berlama-lama di sini. Tapi belakangan aku tahu. Pemandangan di bawah bagus banget. Tak ada sesuatu pun yang menghalangi pandangan kita. Sawah terhampar menghijau dengan pemukiman penduduk tampak di sana sini. Jalan raya Jogja-Wates dengan truk2 dan bus2 besar yang sedang melintas pun terlihat di kejauhan. Tangan kita tak henti2 menunjuk ke kejauhan. Itu Pertamina Rewulu.... Itu Universitas Wangsa Manggala.... Itu kantor Polisi.... Itu rel kereta. Eh ada kereta lewat. Ya akhirnya kita mulai bisa menikmati puncak perjalanan kita dan berangsur-angsur rasa takut menghilang.
Omku mengambil sebuah batu dan menunjukkan padaku. ‘Ini batu bintang.’ Baru tahu. Bongkahan batu2 kecil berwarna putih yang jika saling digosokkan akan tampak berkilauan. Yeaaah..... akhirnya pulang dengan mengantongi beberapa bongkah batu bintang.
Tak berapa lama pemukiman di bawah sudah mulai menyalakan lampunya. Terlihat kerlap-kerlip di bawah sana. Ya, sudah saatnya pulang. Merinding kembali menyergap. Yang terdengar suara2 binatang malam yang saling bersahut-sahutan memperdengarkan suaranya. Bener2 serem. Apalagi di bukit itu sama sekali belum ada penerangan.
Menuruni bukit pelan2 dengan diterangi cahaya senter. Berjalan ke arah perumahan di bawah bukit yang sudah ada penerangan listrik.
Yaaaaaa...... masa2 menyenangkan yang dulu pernah kulewati. Yang aku tidak tahu apakah bisa kualami lagi.
Paling tidak aku pernah punya pengalaman masa kecil yang demikian menyenangkan.
Yayaya...... masa2 yang tidak akan pernah bisa kulupakan.....
*****
Sedikit pengin berbagi kisah Bapak Bardi setelah memperoleh penghargaan kalpataru, Beliau tetap gigih berjuang tanpa pamrih sebagai pahlawan lingkungan hidup. Salut dengan Bapak satu ini. Berikut kisahnya....
Wednesday, September 15, 2010
MENELUSURI CANDI RATU BOKO, KERATON CANTIK BERNUANSA MISTIK
Peta Lokasi Candi Boko
Sedikit gambaran
Sudah lama dengar cerita tentang candi ini, salah satu candi di Yogyakarta yang masih dalam satu pengelolaan dengan candi Prambanan.
Sudah lama pula berniat pengin mengunjungi candi ini, penasaran seperti apa sih? Tapi karena ada begitu banyak plans jadinya ya harus antre satu2 merealisasikannya.
Jalan ber-conblock menuju lokasi candi
Di bayanganku, kompleks Candi Ratu Boko ini, yang kadang disebut Candi Boko saja biar lebih simple, merupakan kompleks yang tidak terlalu luas, dengan candi2 yang tidak seberapa besar jika dibandingkan dengan Candi Prambanan dan Candi Borobudur yang jauh lebih dikenal publik.
Daripada penasaran, akhirnya diputuskan secara dadakan, acara jalan2 di hari pertama Lebaran, Jumat, 10 September 2010, kita akan menyusuri Candi Ratu Boko. Jika waktu memungkinkan kita akan melanjutkan ke Candi Ijo yang ternyata masih satu kawasan dengan Candi Ratu Boko.
Pukul 16.00, sampailah kita ke area candi. Di area parkir bawah kita dikasih tahu oleh salah seorang bapak petugas, klo kita lewat atas, kita bisa parkir di dekat candi sehingga kita tidak perlu meniti 200 buah anak tangga. 200? Huaduuu.... ga deh.... Semua menyerah sebelum berperang.... xixixixi
Akhirnya kita putar balik dan mengikuti arah yang ditunjukan si Bapak.
Tidak terlalu jauh, tapi tanjakannya lumayan coz jalan yang begitu sempit, aku tidak yakin apakah bisa dilalui oleh dua mobil yang berpapasan. Rada deg2an juga sebenarnya. Pasrah bongkokan ma Dhex yang waktu itu bertugas mengemudi.
Memasuki area parkir, bisa dilihat klo candi ini memang benar2 sudah dikelola dengan baik. Di depan area parkir ada semacam pendapa di situ ada Ruang Informasi, resto, toko souvenir dan tersedia toilet (gratis) di sebelah kanan dan kiri bawah pendopo.
Tiket per orang Rp.15.000,-. Cukup mahal jika dibandingkan dengan tiket obyek wisata lain yang ada di Yogya. Kita mendapatkan free air mineral 250ml. Lumayanlah bisa menemani kita exploring the temple.
Setelah memasuki kawasan ini, ternyata sungguh di luar perkiraanku. Kompleks candi begitu luas, dengan beberapa bagian masih dalam tahap renovasi. Cantik. Benar2 cantik. Candi yang anggun di area yang hijau. Sungguh indah dilihat. Rasanya betah berlama-lama di sana, apalagi cuaca mendukung. Mendung, jadi kita sama sekali tidak merasa kepanasan di sana.
Di area dalam, ternyata masih ada kompleks yang lebih luas lagi. Area pendopo dan keputren. Area pendopo ini kadangkala disewakan untuk pernikahan dan meeting. Menyenangkan juga ya menyelenggarakan suatu event di area hijau seperti ini. Pesta pernikahan di sini, rasanya pasti gimana gitu, serasa di keraton zaman dulu kala. Udara masih bersih, benar2 bebas polusi. Pasti akan jadi suatu moment yang ga akan pernah terlupakan.
Mmmmmm..... Mau ga mau jadi ngebayangin, betapa cantiknya jika bisa foto prewed di sini.hihihihihi.....
Dua paparazi beraksi....
Cuantiiiik banget........
Kawasan keputren, dibagi menjadi dua area yang dibatasi oleh tembok pembatas. Keputren sebelah kiri kedalamannya 6m dan yang sebelah kanan 10m. Ga nyangka sedalam itu. Apalagi sama sekali tidak ada pagar pembatas. Jika ada anak kecil yang bermain-main di area itu berbahaya juga.
Pemandian putri
Sebenarnya kita belum pengin pulang, tapi coz keadaan yang sudah tidak memungkinkan, akhirnya kita diharuskan beranjak pulang. Benar2 gelap. Sama sekali tidak ada penerangan di sana. Kita juga sudah diperingatkan oleh Bapak pengelola ‘Jam kunjung sudah habis, hayo naik!’
Banyak hewan2 piaraan penduduk sekitar yg berkeliaran.
Semua mulai tampak gelap, tak ada penerangan sama sekali.
Sunset pun tidak bisa kita nikmati coz mendung yang ga juga beranjak pergi.
Padahal pasti cantik banget klo bisa lihat sunset dari sini. Andaiiiii................
Suasana semakin mencekam. Kita juga takut jika terjadi hal2 mistis yang tidak kita inginkan. Lagian kegiatan potret-memotret juga sudah tidak mungkin dilakukan coz penerangan benar2 sudah ga ada lagi. Akhirnya pulang deh. Batal juga rencana ke Candi Ijo. Candi Ijo yang areanya tak terlalu jauh dari candi Ratu Boko, yang merupakan candi yang letaknya tertinggi di Jawa, benar2 candi yang belum dikelola. Untuk memasuki Candi Ijo ini belum dikenai tarif, bisa dipastikan keadaanya kalo malam akan lebih spoky..... hihihihi.
Terpaksa menyerah lagi sebelum berperang.....
Berbeda dengan candi Pandanibo yang masih satu kawasan juga dengan Candi Ratu Boko yang sudah dikelola dan dikenai tarif masuk yang kita juga sama sekali belum pernah menjamahnya.
Tapi ketika aku tanya ke security di Candi Ratu Boko, katanya mobil bisa naik mpe dekat Candi Ijo, jadi ga perlu khawatir buat yang ga hobi jalan kaki kek temen2 mainku.... hehehehehe.....
Ternyata ada begitu banyak Candi di Yogya yang sama sekali belum kita kunjungi. Yogya ga kalah keren ma Dieng n Bali kok........
Ya ya ya.... Next time. Masih banyak waktu......
Dan masih banyak sahabat2 yang bersedia bergabung dengan kita exploring the temple....... ^_^
BUBAR DI WARUNG LEKO – BANDUNG
Masa Puasa jelang Lebaran kita tahun ini sungguh berbeda dengan tahun kemarin yang banyak acara bubar (buka bareng) anak2 kost di luar. Dengan alasan harus irit, akhirnya kita lebih banyak buka bersama di kost dan lebih sering masak sendiri rame2. Kita sepakat akan mengganti kata2 ‘lagi ga punya uang’ dengan ‘harus irit’. Katanya tabu mengatakan ‘ga punya uang’, nti bener2 ga ada uang lho. Biar pemasukan ada terus. So lebih baik berucap ‘Uang mah ada, cuma kita harus irit.’ Begituuu....
Minggu terakhir puasa, akhirnya kita menyempatkan waktu untuk buka di luar. Mencari tempat makan baru yang kita belum pernah coba. Dapat referensi dari salah satu temanku, Warung Leko di Jl. Dago. Mantaph, katanya.
Akhirnya, Rabu 1 September 2010, tanggal muda, pagi2 kutelepon untuk reservasi. ‘8 orang mbak!’ takut nanti ga kebagian tempat.
Sore, hujan yang amat deras. Beruntunglah kita, si Onta bisa bawa mobil, jdi kita semua ga kehujanan. Thanks Onta.
Tepat waktu, untunglah jalan tidak macet, pk.17.45 kita sudah sampai di depan Warung Leko. Tempat makan ada di lantai 2. Klo lihat sekilas, kaya tutup, coz pintu di area lt.1 tertutup semua. Klo yg ga tau pasti bakal ngira lagi tutup. Aku yang udah reserve duluan jadi ga terlalu khawatir, pasti buka kok. Dari luar memang sama sekali ga kelihatan klo di dalam ada tempat makannya.
Jadilah sore itu bubar kita. Personel lengkap tanpa Yatie n Surtiut.
Rata2 kita pesan menu paket iga penyet yang dihargai Rp25.000,-. Paket itu terdiri atas nasi, iga penyet, lalap dan sayur asem. Aku pesan menu sesuai referensi temanku otot penyet. Untuk otot penyet tidak ada menu paket, jadi aku harus nambah nasi. Menu makan kita yang lain ayam penyet, sop iga, cah kangkung dan cah tauge polos.
Menu minum kita macem2, susu tarik, es cincau degan, es degan dan es blewah.
Menu paket, ada sayur asemnya.
Iga penyet, es blewah n takjil-sari kc. hijau
Sop buntut
Kebetulan kita makan saat jam buka puasa, jadi kita dapat gratis takjil, sari kacang hijau. Lumayan dah....
Ada tiga pilihan sambal. 15, 5 dan ga pedas. Pada iseng pesan 15 yang artinya cabenya 15 biji ndiri. Dan terjadilah habis makan pada megang perut coz perut perih melilit. Dasaaarrrr....
Hebat si Onta, dia pesan sambal 15 dan benar2 habis dilahapnya sendiri, bersih ga bersisa. Sedang aku fine2 aja coz aku pesan sambal 5. Hehehehe, makanya klo habis puasa jangan suka asal coba2.....
Mantaph!!! Ga nyesel hujan2 datang ke sini. Paket iganya benar2 enak. Sambalnya mak nyus. Iganya benar2 empuk. Aku yang pesan otot penyet ternyata prefer iga penyet n kebagian ngabisin iga penyet Dewot yang sisa banyak coz dia kekenyangan. Sop iganya juga enak. Cah tauge ma cah kangkungnya juga enak banget. Cah ini satu porsi bisa buat bertiga. Ukuran kita2 lho....
Dari segi harga, buat ukuran kantong kita, termasuk berat, makanya ga berani sering2 ke sini.
Bonus : Daftar menu.... ^_^
Tapi someday pengin ke sono lagi....
Ntar habis Lebaran yak.......
Minggu terakhir puasa, akhirnya kita menyempatkan waktu untuk buka di luar. Mencari tempat makan baru yang kita belum pernah coba. Dapat referensi dari salah satu temanku, Warung Leko di Jl. Dago. Mantaph, katanya.
Akhirnya, Rabu 1 September 2010, tanggal muda, pagi2 kutelepon untuk reservasi. ‘8 orang mbak!’ takut nanti ga kebagian tempat.
Sore, hujan yang amat deras. Beruntunglah kita, si Onta bisa bawa mobil, jdi kita semua ga kehujanan. Thanks Onta.
Tepat waktu, untunglah jalan tidak macet, pk.17.45 kita sudah sampai di depan Warung Leko. Tempat makan ada di lantai 2. Klo lihat sekilas, kaya tutup, coz pintu di area lt.1 tertutup semua. Klo yg ga tau pasti bakal ngira lagi tutup. Aku yang udah reserve duluan jadi ga terlalu khawatir, pasti buka kok. Dari luar memang sama sekali ga kelihatan klo di dalam ada tempat makannya.
Jadilah sore itu bubar kita. Personel lengkap tanpa Yatie n Surtiut.
Rata2 kita pesan menu paket iga penyet yang dihargai Rp25.000,-. Paket itu terdiri atas nasi, iga penyet, lalap dan sayur asem. Aku pesan menu sesuai referensi temanku otot penyet. Untuk otot penyet tidak ada menu paket, jadi aku harus nambah nasi. Menu makan kita yang lain ayam penyet, sop iga, cah kangkung dan cah tauge polos.
Menu minum kita macem2, susu tarik, es cincau degan, es degan dan es blewah.
Menu paket, ada sayur asemnya.
Iga penyet, es blewah n takjil-sari kc. hijau
Sop buntut
Kebetulan kita makan saat jam buka puasa, jadi kita dapat gratis takjil, sari kacang hijau. Lumayan dah....
Ada tiga pilihan sambal. 15, 5 dan ga pedas. Pada iseng pesan 15 yang artinya cabenya 15 biji ndiri. Dan terjadilah habis makan pada megang perut coz perut perih melilit. Dasaaarrrr....
Hebat si Onta, dia pesan sambal 15 dan benar2 habis dilahapnya sendiri, bersih ga bersisa. Sedang aku fine2 aja coz aku pesan sambal 5. Hehehehe, makanya klo habis puasa jangan suka asal coba2.....
Mantaph!!! Ga nyesel hujan2 datang ke sini. Paket iganya benar2 enak. Sambalnya mak nyus. Iganya benar2 empuk. Aku yang pesan otot penyet ternyata prefer iga penyet n kebagian ngabisin iga penyet Dewot yang sisa banyak coz dia kekenyangan. Sop iganya juga enak. Cah tauge ma cah kangkungnya juga enak banget. Cah ini satu porsi bisa buat bertiga. Ukuran kita2 lho....
Dari segi harga, buat ukuran kantong kita, termasuk berat, makanya ga berani sering2 ke sini.
Bonus : Daftar menu.... ^_^
Tapi someday pengin ke sono lagi....
Ntar habis Lebaran yak.......
ZIARAH KE GOA MARIA LAWANGSIH
Akhirnya kesampaian juga impianku pengin berziarah ke Goa Maria Lawangsih, tempat ziarah baru di Yogya yang kata banyak orang termasuk adikku, ‘keren’, ‘adem’, ‘ga ngecewain di-bela2in jauh2 mpe sono’.
Berangkat dari Bandung bersama teman2 kelompok koor Serviamus, Jumat sore 9 Juli 2010, pk.18.15, melajulah kita ke Yogya dengan mengendarai 1 bus berkapasitas 40 orang.
Kita transit dulu di Wisma Fransiskan, Muntilan. Mandi dan sedianya sarapan sekalian di sana, tapi berhubung waktu sudah tidak memungkinkan, akhirnya nasi box kita bawa, dimakan di bus saja. Hehehe....
Kita berziarah dulu ke Goa Maria Sendang Sono di daerah Boro. Karena kita semua bukan orang2 yang hobi jalan kaki, akhirnya kita turun dari bus dan menyewa 3 kendaraan kecil untuk naik mpe Sendang Sono yang ga mungkin dijangkau oleh bus besar. Seruuu... Jalan banyak tanjakan dengan kita yang duduk saling berdesak-desakan.
Hujan turun tapi tidak menghalangi rencana kita untuk misa di kapel di sana. Dan pengetahuan kita jadi bertambah dengan mendengarkan kotbah Romo Sanjaya tentang sejarah Sendang Sono. Ternyata di makam yang terletak di samping kapel, di situ terdapat makam tokoh pendiri Sendang Sono ini. Dan juga diceritakan tentang sepasang Kyai dan Nyai penunggu Pohon Sono besar yang ada di depan Goa Maria. Hihihihi..... baru tau...
Goa Maria Sendang Sono
Persiapan misa
Misa sedang berlangsung
Dari Sendang Sono kita mampir sebentar ke rumah Mas Wie, pelatih koor kita. Tapi sayangnya ada 3 bocah nakal yang tertinggal gara2 sibuk cari souvenir2 buat oleh2. Dan ketiga bocah nakal itu adalah mba Gepenk, Vincent dan aku.... hahahaha..... Maaaaaffffff................ Pasti banyak yang dibikin pusing dan kesal dengan ulah kita ini yang semakin memperparah waktu yang sudah sangat molor.....
Kapel tempat kita mengadakan misa
Makam tokoh pendiri Sendang Sono
Pemandangan di sekitar goa
Dari Sendang Sono, kita melaju menuju Goa Maria Lawangsih. Tiga bocah nakal tidak ikut bus coz takut akan semakin banyak waktu yg terbuang percuma demi menunggu dan menjemput kita, akhirnya kita dijemput secara khusus oleh Ibu Ketua. Maaf..... Sekali lagi maaf..... hehehehehe......
Kita transit dulu di Gereja Nanggulan. Gerejanya bagus habis direnovasi. Coz medan yang tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh bus besar, akhirnya kita berpindah ke 2 bus kecil kapasitas sekitar 15-20 orang, duduk saling berdempetan. Beberapa anak cowok kebagian tugas berdiri jadi kenek. Yayayah.... biar muat. Bus2 ini sudah disediakan oleh mudika di sana yang amat sangat membantu kita. Bahkan mereka ikut serta pula ke lokasi ziarah. Terimakasih.
Gereja Nanggulan
Interior dalam gereja. Cantik.... ^_^
Waaah..... Medannya memang lumayan sulit. Banyak sekali tanjakan dan tikungan. Lumayan jauh pula. Tapi jangan khawatir, ada begitu banyak papan penunjuk arah ke Goa Maria Lawangsih. Jalannya sudah beraspal pula. Tapi harus hati2 juga, coz kadang2 jalan berkabut coz tempatnya yang lumayan tinggi.
Benar2 seperti berada di tengah hutan. Masih begitu banyak pohon2 yang dibiarkan tumbuh liar. Area parkir belum terlalu luas, ya memang masih dalam tahap pengembangan. Dari tempat parkir ke area goa tidak terlalu jauh. Dari bawah sudah terlihat area goa yang di depannya ada kapelnya.
Dan ketika masuk. Adem. Benar2 adem. Banyak stalagtit – stalagmit dengan air yang ga pernah berhenti menetes. Di belakang patung maria, ada tempat air suci yang berasal dari mata air di situ, di bawahnya ada sungai kecil, sungai bawah tanah yang mengalir jauh ke dalam goa.
Goa Maria Lawangsih
Mata air yang terus mengalir
Altar kecil di depan goa
Berjalan ke dalam, area dalam goa lebih luas dan panjang. Di dalam ada tempat doa lagi. Beralaskan tikar. Di situ ada patung Yesus Kristus. Penerangan yang digunakan hanya cahaya lilin, jadi rasanya kita benar2 dibawa ke dalam suasana doa. Hening dan damai. Sedikit masuk ke dalam ternyata goanya masih lebih dalam lagi dan masih dalam proses penggalian. Katanya kedalamannya tak terhingga. Wah wah wah...
Tembok goa jika kita ga sengaja bersandar, jangan heran jika baju jadi basah coz kondisi dinding goa yang selalu basah oleh tetesan air.
Suasana di dalam goa Maria Lawangsih, hening....
Sayangnya kita ga bisa berlama-lama di sana. Waktu sudah semakin sore dan kita harus segera ke hotel.
Senang akhirnya bisa nyampe sana. Moga2 tahun depan atau akhir tahun ini bisa ke sana lagi. I hope so....
Berangkat dari Bandung bersama teman2 kelompok koor Serviamus, Jumat sore 9 Juli 2010, pk.18.15, melajulah kita ke Yogya dengan mengendarai 1 bus berkapasitas 40 orang.
Kita transit dulu di Wisma Fransiskan, Muntilan. Mandi dan sedianya sarapan sekalian di sana, tapi berhubung waktu sudah tidak memungkinkan, akhirnya nasi box kita bawa, dimakan di bus saja. Hehehe....
Kita berziarah dulu ke Goa Maria Sendang Sono di daerah Boro. Karena kita semua bukan orang2 yang hobi jalan kaki, akhirnya kita turun dari bus dan menyewa 3 kendaraan kecil untuk naik mpe Sendang Sono yang ga mungkin dijangkau oleh bus besar. Seruuu... Jalan banyak tanjakan dengan kita yang duduk saling berdesak-desakan.
Hujan turun tapi tidak menghalangi rencana kita untuk misa di kapel di sana. Dan pengetahuan kita jadi bertambah dengan mendengarkan kotbah Romo Sanjaya tentang sejarah Sendang Sono. Ternyata di makam yang terletak di samping kapel, di situ terdapat makam tokoh pendiri Sendang Sono ini. Dan juga diceritakan tentang sepasang Kyai dan Nyai penunggu Pohon Sono besar yang ada di depan Goa Maria. Hihihihi..... baru tau...
Goa Maria Sendang Sono
Persiapan misa
Misa sedang berlangsung
Dari Sendang Sono kita mampir sebentar ke rumah Mas Wie, pelatih koor kita. Tapi sayangnya ada 3 bocah nakal yang tertinggal gara2 sibuk cari souvenir2 buat oleh2. Dan ketiga bocah nakal itu adalah mba Gepenk, Vincent dan aku.... hahahaha..... Maaaaaffffff................ Pasti banyak yang dibikin pusing dan kesal dengan ulah kita ini yang semakin memperparah waktu yang sudah sangat molor.....
Kapel tempat kita mengadakan misa
Makam tokoh pendiri Sendang Sono
Pemandangan di sekitar goa
Dari Sendang Sono, kita melaju menuju Goa Maria Lawangsih. Tiga bocah nakal tidak ikut bus coz takut akan semakin banyak waktu yg terbuang percuma demi menunggu dan menjemput kita, akhirnya kita dijemput secara khusus oleh Ibu Ketua. Maaf..... Sekali lagi maaf..... hehehehehe......
Kita transit dulu di Gereja Nanggulan. Gerejanya bagus habis direnovasi. Coz medan yang tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh bus besar, akhirnya kita berpindah ke 2 bus kecil kapasitas sekitar 15-20 orang, duduk saling berdempetan. Beberapa anak cowok kebagian tugas berdiri jadi kenek. Yayayah.... biar muat. Bus2 ini sudah disediakan oleh mudika di sana yang amat sangat membantu kita. Bahkan mereka ikut serta pula ke lokasi ziarah. Terimakasih.
Gereja Nanggulan
Interior dalam gereja. Cantik.... ^_^
Waaah..... Medannya memang lumayan sulit. Banyak sekali tanjakan dan tikungan. Lumayan jauh pula. Tapi jangan khawatir, ada begitu banyak papan penunjuk arah ke Goa Maria Lawangsih. Jalannya sudah beraspal pula. Tapi harus hati2 juga, coz kadang2 jalan berkabut coz tempatnya yang lumayan tinggi.
Benar2 seperti berada di tengah hutan. Masih begitu banyak pohon2 yang dibiarkan tumbuh liar. Area parkir belum terlalu luas, ya memang masih dalam tahap pengembangan. Dari tempat parkir ke area goa tidak terlalu jauh. Dari bawah sudah terlihat area goa yang di depannya ada kapelnya.
Dan ketika masuk. Adem. Benar2 adem. Banyak stalagtit – stalagmit dengan air yang ga pernah berhenti menetes. Di belakang patung maria, ada tempat air suci yang berasal dari mata air di situ, di bawahnya ada sungai kecil, sungai bawah tanah yang mengalir jauh ke dalam goa.
Goa Maria Lawangsih
Mata air yang terus mengalir
Altar kecil di depan goa
Berjalan ke dalam, area dalam goa lebih luas dan panjang. Di dalam ada tempat doa lagi. Beralaskan tikar. Di situ ada patung Yesus Kristus. Penerangan yang digunakan hanya cahaya lilin, jadi rasanya kita benar2 dibawa ke dalam suasana doa. Hening dan damai. Sedikit masuk ke dalam ternyata goanya masih lebih dalam lagi dan masih dalam proses penggalian. Katanya kedalamannya tak terhingga. Wah wah wah...
Tembok goa jika kita ga sengaja bersandar, jangan heran jika baju jadi basah coz kondisi dinding goa yang selalu basah oleh tetesan air.
Suasana di dalam goa Maria Lawangsih, hening....
Sayangnya kita ga bisa berlama-lama di sana. Waktu sudah semakin sore dan kita harus segera ke hotel.
Senang akhirnya bisa nyampe sana. Moga2 tahun depan atau akhir tahun ini bisa ke sana lagi. I hope so....
Subscribe to:
Posts (Atom)