Sunday, January 24, 2010

WISATA PAYUNG KE DIENG

Saturday, January 09, 2010

Sabtu, 26 Desember 2009, kita putusin mau jalan2 ke Dieng. Rencana mau berangkat pk.06.00 pagi dan tidak usah heran seperti biasa molor…… jadilah baru keluar dari pekarangan rumah pk. 07.20 WIB. Berangkat tanpa Nick yg lg sibuk dgn kegiatan Natal (dia jadi Ketua Panitia Natalan Lingkungan euy) n Ndra yg lg liburan keluarga ke Bali dan juga Selly yg membatalkan ikut 1 hari sebelumnya coz familinya pada datang.

Seperti biasa mom yang selalu care ke anak2nya n selalu mengajarkan pola hidup hemat, membekali kami dgn banyak makanan. Tak ketinggalan nasi bungkus, sega pondoh dan bacem tahu-tempe untuk makan siang kami.

‘Pergi dulu ya dedeku cayank! Baik2 ya di rumah,’ sembari melambaikan tangan ke Nick yg sebenarnya pengin banget ikut. Hehehehe kasihan sekali kau adekku………. ~_^

Lalu lintas di Magelang cukup padat, so kita gambling lewat jalur alternative yg sebenarnya tidak terlalu yakin benar. Akhirnya setelah 1x tanya, pk.12.00 kita sudah memasuki kawasan Dieng. Pertama yang kita tuju Agrowisata Tambi, kawasan perkebunan teh yang luas, berikut ada pabrik di dalamnya. Kita cuma muter2 aja, katanya klo mau masuk ke sana harus speak2 dulu ma penjaga di sana bilang mau penelitian..... hehehehehe

Kita langsung menuju ke Dieng. Dieng I’m coming........................

Memasuki Dieng yang kita lihat cuma putih dan putih. Kabut tebal menutup pandangan kita. ‘Duh...., sepertinya kita ke Dieng di saat yang tidak tepat,’ keluh kami.

Di bagian ticketing, kita bayar perkepala Rp.16.000,- itu sudah include semua lokasi, kecuali di Telaga Warna kita nanti masih harus nambah Rp.2.000,- lagi per orang.

Pertama kita muter2 ke area PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), kawasan Dipo Geo Energi. Bau menyengat belerang di mana2. Tadinya kita terpikir pengin ke bawah ke area pusat PLTU, tapi musti lapor dulu ke petugas. Sejak ada korban pingsan ga tahan dengan bau belerang, kawasan itu ditutup untuk umum, harus dengan izin khusus untuk bisa memasuki area itu. Akhirnya kita puas2in cukup dengan hanya berfoto-foto saja di sana.

Kita lanjut ke kawah Sikidang. Kawah yang tidak henti2nya mengeluarkan uap panas. Bau belerang di mana2. Dan kita mengalami hujan yang cukup deras di sana, akhirnya kita berteduh di salah satu gazebo. Dari gazebo kita lihat pemandangan yang memacu adrenalin dibumbui kenekadan yg amat sangat. Dalam kondisi hujan dan tanah yang licin, ada 3 pengendara sepeda motor yang meluncur turun dari puncak bukit meluncur ke bawah ke arah kawah.

Bernyali juga ni orang. Tergelincir sedikit saja tamat riwayatnya masuk ke kawah yang airnya terus bergolak, ga tau berapa derajat Celcius suhunya. Dan untungnya tidak terjadi hal2 yang dikhawatirkan, justru aku yg deg2an takut ada yang tergelincir dan jatuh.

Hujan ternyata menyelamatkan kita. Beruntung hari itu hujan turun. Hujan berhasil menghalau kabut pergi. Akhirnya pemandangan apik Dieng bisa kita nikmati dengan berpayung ria. Ke mana2 pake payung.

Candi Gatotkaca dan candi Bima kita nikmati dari kejauhan. Tidak memungkinkan untuk turun coz hujan yang amat deras. Kita terus menuju ke kawasan Candi yang paling luas. Kompleks candi Arjuna dkk.

Hujan tinggal rintik2 kita menyusuri candi dengan payung yang tak pernah lepas dari tangan kita.

Whuuiiiiiiih............. Pemandangan yang amat menawan. 5 buah candi berlatar pegunungan menghijau.

Kyaaaaa........ cantik banget.

Memasuki kawasan ini, pertama kali kita jumpai candi Arjuna dan candi Semar di depannya. Di bagian tengah, Candi Puntadewa yang diapit oleh candi Srikandi dan candi Sembadra.

Kalau di cerita pewayangan, tentang Pandawa lima, Puntadewa adalah sang raja Amarta beristrikan Dewi Srikandi dan Dewi Sembadra. Arjuna adalah satria yang paling tampan dan jago memanah di antara satria Pandawa yang lain. Dia paling bungsu. Dan Semar adalah pengasuh mereka, titisan Batara Guru.

Konon ada mitos, barangsiapa yang pengin segera dapat jodoh, silakan berjalan mengelilingi candi ini sembari make a wish. Tapi tidak jelas candi yang mana. Ada yg bilang untuk cowok mengelilingi candi Arjuna, dan untuk cewek mengelilingi candi Srikandi. Berapa kali? Tidak jelas juga.

Karena rasa ingin tahu yang besar, akhirnya kusamperin rombongan pengamen yg sedang menyanyi dengan riangnya. Aku cuma niat nanya ke satu orang, eh malah satu rombongan berhenti nyanyi semua, pada ikut2an menjawab pertanyaanku. Hehehehe.......

Mereka bilang mitos itu memang ada tapi di candi Dwarawati. Candi ini lumayan jauh letaknya, terpisah dari kawasan wisata lain yang letaknya berdekatan, ada di perkampungan penduduk, jadi jarang dikunjungi orang. Berapa kali harus mengelilingi candi? Mereka juga tidak tahu. ‘Terserah mau 3x atau 7x. Tanya aja ke juru kuncinya mbak’. Hehehehehe........

Keluar dari kompleks kita melewati semacam reruntuhan bangunan, ‘Dharma sala’, Dulunya berfungsi sebagai tempat persiapan upacara dan menaruh perlengkapan upacara keagamaan umat Hindhu.

The last destination, kita ke Telaga Warna. Kupikir tadinya bakal lihat telaga dengan banyak warna kek pelangi, ternyata ga jauh beda dengan Kawah putih. Didominasi warna hijau dengan semburat kecoklatan di sana-sini. Di kawasan ini bisa kita lihat juga telaga pengilon (pengilon dalam bhs Jawa artinya cermin), yang waktu kutengok airnya keruh, sama sekali ga bisa buat bercermin, malahan banyak yang pada mancing di sana.

Ada juga gua Semar, gua Sumur dan gua Jaran. Semuanya tampak spokiiiiy.....dengan bau sesajen yang amat sangat. Goa2 ini dipagar untuk mengantisipasi supaya tidak ada pengunjung yang nekad masuk, konon berbahaya. Biasanya dijadikan tempat bersemadi buat mereka yang mencari wangsit.

Dan Dieng Plateau Theater, yang belum kesampean ke sana. Aku pengin banget ke sana, lihat dari kejauhan juga gapapa. Tapi yg lain merasa dah kesorean takut mpe Yogya kemaleman. Ya udah…. Nti lain kali klo ke Dieng lagi. Di sana ditayangkan film tentang asal mula terjadinya Dieng, erupsi Dieng dsb. Semacam film documenter.

Otw pulang, kabut kembali turun. Dan kita terpaksa jalan pelan2 mengekor mobil di depan coz bahaya banyak jurang di sepanjang jalan. Marka jalan benar2 berguna di saat2 seperti ini. Ga ketinggalan makan malam kita, mie ongklok. Makanan khas Wonosobo yang biasa dimakan dengan pelengkap sate ayam atau sate sapi. Kita pilih Resto Ongklok di Bima Plaza Lt.2 Jl. Dieng Km 1 Wonosobo, atas referensi Ndra. Resto yang penataannya apik dengan harga yang murah, sama sekali di luar perkiraan kita. Ga ketinggalan nyobain carica ice. Yummy…………

Dieng…. Oh Dieng…….

Ga menyangka ada kawasan yang begitu indah di tempat yang tersembunyi di balik pegunungan……………

Recommended to visit and to get home stay there.

Tadinya kepikir pengin bermalam demi mengejar sunrise di sana, toh banyak homestay yang bisa kita pilih di sana. Tapi tampaknya juga percuma, kabut terlalu tebal, sunrise and sunset tidak akan mungkin bisa kita nikmati.

May be next time…….

Ya ya ya……… next time……

No comments: