Thursday, November 12, 2009
TAMAN SARI. NAPAK TILAS PEMANDIAN PUTRI KRATON YOGYA
Wednesday, November 11, 2009
Rabu, 23 September 2009. Daripada bete bengong di rumah kepanasan, kita memutuskan lebih baik berpanas-panas di luar rumah tapi dapat pengalaman baru, foto2 baru n warna kulit baru yg lebih exotic…….. Hehehe……… Akhirnya aku, Selly, Riz ma Hening kita putusin jalan2 ke Taman Sari dengan memaksa Ana yang tinggal di belakang Taman Sari menjadi guide kita. Kita janjian ketemu di baso ‘patang puluh iji’. Baso kebanggaan temanku yang Dan benar saja, pk.11.15, aku belum selesai menghabiskan basoku, basonya sudah habis, jadi we banyak calon pembeli yang pada kecewa. Sebenarnya kataku rasanya tidak istimewa2 banget, Cuma jumlah basonya yang kuhitung memang 30an lebih itu yang bikin orang antusias. Murah lagi. Biarpun rasa daging di basonya ga kerasa, jadinya seperti baso aci, tapi lumayanlah amat sangat mengenyangkan………………
aku penasaran pengin coba coz tiap kali ke sana suka sudah habis.
Siang yang panas menyengat, jadilah kita menyusuri Taman Sari yang sekarang sedang dalam proses renovasi. Bau semen dan gamping di mana2. Tampak lebih tertata, di beberapa sudut jadi lebih tampak seperti puri modern. Dan aku prefer jika tetap mempertahankan bentuk bangunan lama dan tetap bercat putih bukan semburat ke-orange seperti warna yang sekarang. Dan warna dasar kolam yang di-cat biru……… Jadi kek kolam renang, kolam renang tanpa air coz memang tidak diisi air. Kenapa ga dipertahankan warna aslinya saja, biar tampak alami.
Proses pemugaran ini mendapat bantuan dari pemerintah Inggris, kalau aku tidak salah. Dulu waktu Pangeran Charles dan Putri Diana berkunjung, mereka berjanji akan memberikan bantuan untuk memugar kompleks pemandian ini.
Tampak seperti puri
Beberapa tahun yang lalu, semasa aku baru lulus SMA, aku pernah maen ke Taman Sari bersama Shaggy. Waktu itu Taman Sari masih benar2 asli bangunan lama, tampak tidak terawat. Kolam pemandian ada airnya, warnanya hijau berlumut saking tidak adanya sirkulasi air. Aku di sana ketemu Ridwan, yang belakangan menjadi guide kita, pemuda yang rumahnya di kompleks Taman Sari. Kebetulan lagi main2 di sana.
Kita sempat dipetikin buah mangga di pekarangan rumahnya yg lagi berbuah. Sekarang aku sudah lupa dan lost contact ama Ridwan. Sama sekali tidak ingat wajahnya seperti apa. Mungkin dia juga sudah lupa ma aku n Shaggy. Sepertinya dia kesepian, dulu dia minta agar aku n Shaggy sering main ke sana. Memintaku dan Shaggy menjadi temannya. Tapi coz kesibukan, waktu itu kita lagi masa persiapan melanjutkan kuliah, jadi we ga pernah main ke sana lagi. Maaf ya Ridwan……:(
Pemandian putri-putri kraton
Ridwan seorang guide yg baik. Dia banyak cerita tentang sejarah Taman Sari. Katanya dulu memasuki kompleks pemandian amat sulit. Ga sembarangan orang bisa masuk. Untuk mencapai Taman Sari, harus naik perahu dayung dari keraton. Dulu area di sekitar Taman Sari di dalam benteng digenangi air, untuk keamanan keluarga keraton.
Ada dua kolam pemandian. Satu kolam besar di luar dan satu kolam yang lebih kecil di bagian dalam. Kolam besar ada 2 bagian, dibatasi oleh jalan lebih kurang 1,5 meter. Kolam besar ini untuk mandi para selir raja yang jumlahnya 40 orang. Nanti raja memperhatikan dari jendela kamarnya yang terletak di lantai atas, dan beliau akan melempar bunga ke kolam, siapa yang kejatuhan bunga itu, yang saat itu bertugas menemani dan melayani sang raja di pemandian dalam yang lebih kecil, yang lebih private, dibatasi oleh peristirahatan pribadi sang raja yang bertingkat tiga. Mpe sekarang aku masih belum tau secara pasti yang dilempar itu bunga atau bola coz ada 2 versi. Kalau bola, ya kalau kejatuhan pastilah sakit ya. Atau untuk ditangkap rame2 ya.
Tangga naik menuju tempat peraduan Raja
Melongok dari balik jendela tempat peristirahatan pribadi Raja
Ga jauh dari kompleks pemandian ada terowongan bawah tanah. Dibuat bertingkat. Dulu digunakan sebagai tempat persembunyian dari tentara Belanda. Konon kata, terowongan ini bercabang-cabang tembus sampai ke laut selatan. Tapi kemudian terowongan ini ditutup coz berbahaya. Katanya sudah memakan korban beberapa orang yang hilang coz tersesat atau karena unsur mistik aku tidak tahu. Begitu banyak cerita mistik di sana.
Terowongan bawah tanah
Di sebelah dalam ada ruang pertemuan, tampak kosong dan pengap. Tak ada barang satu pun.
Kadang suka berandai-andai, coba ditangani lebih serius. Dibikin tampak seperti Taman Sari berpuluh-puluh tahun yang lalu, waktu Taman Sari masih benar2 menjadi pemandian Putri Kraton. Dengan beberapa pengelola yg berpakaian seperti prajurit dan mbok emban atau abdi dalem yang memakai kain. Dengan banyak sesaji, bunga2 dan aroma rempah2. Dengan furniture dan penataan kamar Sultan yang seperti asli. Dengan Ruang aula yang ditata benar2 sebagai aula. Dengan beteng pemandian yang benar2 dipenuhi air hingga kita harus benar2 naik perahu untuk masuk ke dalam, dengan banyak pepohonan dan penataan taman yang apik, pasti akan benar2 menarik minat wisatawan.
Hmmmmmmmm………………………… ‘dreaming’
Ruang pertemuan yg tampak lengang
Kemarin waktu aku ke sana, kita ketemu dgn banyak turis asing. Dari Jepang, Jerman, Inggris, Cina maupun turis2 lokal. Semuanya rela berpanas-panas naik turun tangga dengan diantar oleh guide.
Dan kita……… Ga peduli biarpun panas amat sangat menyengat, biarpun debu dimana-mana, tidak mengurangi narcis kita. Dan terciptalah puluhan foto2 lucu kita dgn banyak gaya yang sebagian tampak memaksa…….hehe
Pulang dari Taman Sari, sempat mampir ke Galeri lukisan. Di situ sempat ngobrol dgn seorang Bapak yang lagi membatik. Bapak itu dan si empunya galeri dgn sabar melayani pertanyaan2ku. Dan aku yg sudah lama pengin belajar membatik, boleh memegang ‘canthing’ alat membatik dan berfoto bersama si bapak yg lagi membatik. Hehe makasih Pak.
Dan aku ma Riz, hampir saja tergoda untuk membeli lukisan batik, yang kataku bagus banget. Tampak natural banget. Yang tadinya dihargai 800ribu, didiskon 50% jadi 400rb, terus coz kita orang Yogya n ga bawa guide akhirnya dapat harga special 200ribu untuk lukisan ‘perjamuan terakhir’ dan 100ribu untuk lukisan natural ‘menuai padi’ dengan warna hanya coklat dan hitam, sepertinya bagus buat dipajang di Ruang Tamu minimalis. Hampir saja aku tertarik membeli. Akhirnya urung, aku minta no telepon si bapak aja, lain waktu ke sana lagi, toh aku sering pulang ke Yogya.
Dan ketika Ana mengantarku ke budenya yg juga menjual batik lukis, tanpa ditawar, batik lukis yang sama persis, dihargai 50ribu. Huehuehue…. Untung tadi ga jadi beli…… Legaaaaa………. Kalau ga, aku pasti mencak2 mpe tiga hari ga habis2……..
Na, besok lagi kalau pengin beli batik lukis, minta anter kamu aja ya……… ^_^
Di galeri Lukisan Batik
Dan hasil dari jalan2 kita hari itu………
‘Hideng’ alias ‘Guosong’……………………
Hidup Hideng!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!.......................^_^…..^_^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment