Sunday, October 19, 2008

WISATA KULINER GALABO DI SOLO


Galabo Solo berlatar Patung Slamet Riyadi



Deretan tenda-tenda di Galabo


Wednesday, October 15, 2008

Memaksa di hari liburan Lebaranku pergi ke Solo, selain pengin ketemu temanku di sana, aku penasaran pengin nyari ‘Sate kere Yu Rebi’. Rasanya kaya apa sih? Gara2 nonton wisata kulinernya Pak Bondan nih. Kok kayanya enak bgt. Katanya, baru jualan sebentar, langsung habis. Antrenya banyak. Bukan sate kere seperti di Yogya, yang bolehlah dibilang berbahan dasar daging, tapi banyak lemak dan kulitnya. Sate kere Yu Rebi ini berbahan dasar tempe gembus, dibuat dari ampas tahu. Yah, azas manfaat, limbah pun masih bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang menghasilkan.

Jadilah hari itu, Jumat 3 October 2008, aku pergi ke Solo. Tadinya rencana mau naik Pramex, kereta Yogya-Solo PP, 1 jam nyampe. Tapi urung. Pagi2 dedeku, si Nick, tiba2 bilang pengin ikut. Akhirnya kita pergi bawa kendaraan sendiri, bertiga ma temanku. Semoga tidak macet. Dan ini lebih baik, dp pusing klo pake Pramex, max pk.18.45 dah harus siap di Sta. Purwosari, coz Pramex terakhir dari Solo tujuan Yogya, jam segitu. Keburu ga, klo Galabo aja baru buka stand pk. 5 sore.

Berangkat dari rumah pk.08.00 WIB. Ku contact temanku di Solo, kita maybe 2-3 jam lagi dah mpe Solo. Tyt jalan lumayan crowded, pk.12.00 WIB kita baru mpe rumah temanku di Solo. Whua…….. Solo panas sekali, melebihi Yogya. Panas udaranya bukan coz terik matahari. Pada ngeluh kegerahan.

Sudah jam makan siang, kita akhirnya memutuskan makan di PGS (Pusat Grosir Solo) di Beteng, baru kali ini aku ke sana. Termasuk bangunan baru, terakhir aku ke Solo th. 2003, dulu belum ada, bahkan mungkin rencana dibangun juga belum ada. Kita akhirnya makan siang di sana. Di Tenda2 yang tertata rapi di sepanjang area luar PGS. Yah, program Walikota Solo, menertibkan para PKL (Pedagang Kaki Lima). Program yang bagus. Di siang hari, para PKL boleh berjualan di tenda2 yang disediakan dengan dikenai pajak Rp.1.500,- Di sore hari mulai pk.17.00 jalan di Beteng ditutup untuk umum, area digunakan untuk Galabo (Gladag Langen Bogan), wisata kuliner. Dikenai pajak Rp.20.000,- per pedagang. Strategi yang bagus untuk lebih menghidupkan Pariwisata di Solo.


Area parkir berlatar PGS

Tadinya kita pengin beli soto kuali, tetapi tyt sudah habis, akhirnya kita memesan bakso urat. Lumayanlah buat pengganjal perut. PGS hari itu lumayan rame. Di area parkir hanya sedikit mobil ber-plat AD, kebanyakan didominasi oleh2 mobil2 pendatang dengan kode huruf yang sebagian aku tidak terlalu tahu dari daerah mana, tapi kebanyakan mobil berplat B dan banyak juga berplat AB.
‘Wah dasar plat B dan AB ini menuh2in Solo saja! Termasuk kita. He he....’
Di area parkir bawah kita sudah tidak kebagian tempat, akhirnya harus rela parkir di dalam gedung, untung ga mpe lantai paling atas gedung, 1 lantai di bawah lantai paling atas PGS. Lumayanlah, masih ada atapnya.

PGS hampir seperti ITC di Bandung, hanya di sini lebih banyak menjual batik. Sebenarnya hampir seperti Pasar Beringharjo. Tapi entah kenapa kalau belanja ke lain daerah, pasti barang2 di sana terlihat lebih menarik ya. Mungkin benar juga ya kata pepatah, ‘Rumput tetangga terlihat lebih hijau.’ Rasanya aku lebih antusias belanja di PGS dp d Beringharjo. Bisa jadi aku sudah bosan saking seringnya ke Pasar Beringharjo. Tapi memang, kuakui penataan barang di PGS jauh lebih menarik dp di Beringharjo yang terkesan crowded. Tapi orang Solo sendiri jauh lebih senang berbelanja ke Beringharjo, dan kata temanku di Bandung, Batik di Beringharho jauh lebih bervariasi. He he….. selera sih.

PGS panas sekali, tanpa AC sedangkan BTC (Beteng Trade Centre) yang letaknya berdampingan dengan PGS, di sana ada AC-nya tapi kata temanku yang sudah mencoba ke sana, koleksinya jauh lebih lengkap di PGS. Tapi kami bisa bertahan di PGS lumayan lama, yah sambil sesekali menyeka peluh. Muter2 nyari2 siapa tau ada yang nyantol pengin dibeli. Akhirnya keluar dari PGS dengan membawa tentengan belanjaan murah meriah hasil buruan kami seharian. He he…. sebenarnya ada yang masih pengin dibeli, tapi berhubung dah janji bakal irit, yah harus menahan diri. Kalau bener2 pengin mpe keimpi-impi, kan ada Dini, bisa minta tolong di kirim. Ya kan Din? He he....

Pukul 16.00 kita meninggalkan PGS. Masih ada waktu 1 jam menunggu dibukanya Galabo. Kita muter2 dulu keliling kota Solo. Lewat Kraton Solo, Alun2, Pasar Klewer dan akhirnya mampir ke SGM (Solo Grand Mall), salah satu mall baru di Solo selain Solo Square. Sebenarnya tujuan utama kita ke SGM cuma mau ambil uang di ATM coz ATM terdekat ada di sana, yah sekalian merasakan menginjakkan kaki di sana. Tapi olala…… SGM yang tiap harinya terkenal ramai oleh pengunjung, hari itu lebih ramai dari biasanya, serasa di pasar saja. Area parkir mau ga mau di area paling atas gedung, dengan jalur ke atas yang melingkar-lingkar yang terus terang membuat kita deg2an teringat kecelakaan di area parkir melingkar yang pernah diliput TV.


Pasar Klewer

Kita belanja ke Hypermart sebentar, membeli air mineral dan snack untuk cemilan di jalan. Meninggalkan SGM tepat pk.17.00 WIB segera menuju Beteng, wisata kuliner, perut sudah melilit-lilit minta diisi.

Sesampainya di Galabo, seperti sebelum2nya, banyak kita jumpai plat mobil luar kota, ya, banyak pemudik sih, jadi seperti tempat tujuan wisata beneran ni. Lumayan rame sore itu dan untung kita datang tergolong awal jadi masih kebagian tempat. Jalan di sebelah kanan bertebaran stand2 makanan ada 75 pilihan, pasti bingung milih. Sampai ujung jalan Beteng semuanya penuh dengan stand, cape kalau semua stand didatangi. Di area tengah jalan diatur gazebo2 untuk tempat makan 6-7 orang. Area jalan sebelah kiri disediakan tikar bagi mereka yang mau lesehan.




Daftar Menu di Galabo

Gazebo2 sudah banyak yg ditempati, tapi 2 gazebo paling bagus di ujung, berlatar patung Slamet Riyadi, belum ada yang pakai. Pada ga berani memakainya, coz gazebo itu khusus untuk Walikota dan pejabat yang datang ke sana. Dp dibiarkan nganggur ga ada yg nempati, akhirnya kita yang nempati. Bergantian kita hunting makanan, menjaga tenda takut diserobot orang. Dan aku tentu saja jauh2 ke sini demi merasakan sate kere, akhirnya memesan sate kere Yu Rebi. Pesan 3 porsi @Rp.7.500,- 10 tusuk, sate kere gembus dan sate tempe dele. Pake nasi/lontong nambah Rp.2.500,- + es gula asem Rp.2.500,-. Gila, saking banyaknya makanan kali ya, makan 3 tusuk aja dah neg. Rasanya manis sekali, dengan bumbu kaya bumbu pecel. Yah, yg penting rasa penasarannya sudah terobati. Biarpun sudah pada dibantuin makan, tetap aja sisa banyak, akhirnya dibungkus dibawa pulang.


Sate kere Yu Rebi

Hari itu makanan pesanan kita dimakan rame2, semua saling icip. Sate Yu rebi, gudeg ceker, Rawon Penjara, cabuk rambat, Tahu Kupat, Gempol Pleret, Selat Segar. Nama2 makanan yang asing dan beberapa di antaranya baru kali itu aku rasakan. Sayangnya hari itu tengkleng ga jualan. Setelah dari sana baru kita tau, katanya Bakso Alex, Timlo Pak Sastro, dan susu segar Shi-Jack terkenal banget di sana. Teman2ku dari Yk suka ke sana hanya untuk mencari makanan itu. He he… kan masih ada taon depan klo mau ke sana lg. Yk-Solo…..? Satu jam nyampe kan?

Akhirnya kita meninggalkan Galabo pk.19.15 dengan perut kekenyangan, icip sana icip sini. Mana masih membawa bungkusan yang ga habis dimakan. Mampir ke rumah temanku sebentar mengantar mereka + copy foto. Pk. 20.00 WIB kita pulang ke Yk, rada gerimis so lumayan, arus mudik malam itu jadi tidak terlalu padat. PK.23.00 WIB nyampe ke rumah. Akhirnya jadi juga hari ini Wisata Kuliner. Terimakasih Dini n mba Nun dah nganter kita hari ini seharian keliling Solo. Jangan kapok ya……



Rawon Penjara



Sate kere Yu Rebi lebih dekat

3 comments:

Danni Nahason said...

Wow...wow...
Keren nih infony. Bisa jadi bahan pertimbangan perjalanan ke Solo q bsok. Thx yah infony...

Pokok'e Mak Nyusss...

Red-Now said...

hehehe... br baca komennya...
Thx sdh mampir. mg2 infonya berguna ya....

Kuliner Solo said...

Kuliner khas Solo dah